BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Cedera pada tulang yang
sering terjadi adalah fraktur atau patah tulang. Fraktur atau patah tulang
sering disebabkan oleh cedera yaitu karena kecelakaan lalu lintas, jatuh,
aktivitas yang berlebihan dan mengalami trauma. Di Indonesia sendiri tercatat Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang
mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8 %), dari 20.829 kasus kecelakaan
lalu lintas, mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %), dari 14.127 trauma
benda tajam / tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %).
(Anonim; http://atuenryuzaki.blogspot.com/2012/10/fraktur-femur-dextra-tertutup.html )
Salah satu fraktur yang paling sering terjadi adalah fraktur
collum femur. Fraaktur ini sering dialami oleh manula terutama wanita dengan
usia diatas 60 tahun. Hal ini dikaitkan dengan osteoporosis. Tetapi masih ada
banyak penyebab lain terjadinya fraktur collum femur, seperti jatuh, kecelakaan
lalu lintas, aktivitas yang berat dan trauma. (Anonim; http://physioyuli.blogspot.com/2013/03/fraktur-collum-femur-dengan-austin.html)
Fraktur atau patah
tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Anonim; http://id.wikipedia.org/wiki/Fraktur_tulang).
Fraktur collum femoris adalah terputusnya tulang pada daerah collum femur.
Salah satu modalitas
yang dapat diberikan pada kasus fraktur collum femur dengan fisioterapi berupa
terapi latihan. Terapi latihan adalah suatu usaha pengobatan dalam fisioterapi yang dalam
pelaksanaanya mengunakan latihan – latihan gerakan tubuh baik secara aktif
maupun pasif yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi gerak tubuh agar dapat
beraktivitas kembali secara normal. Program yang diberikan berupa latihan aktif
exercise, pasif exercise, static contraction, breathing exercise, asisted
moovement, resisted moovement, latihan keseimbangan dan latihan berdiri.
(Terapi Latihan 1, Wishnu
Subroto, S.St.Ft, 2014)
B. Identifikasi Makalah
Dalam ilmu fisioterapi
sangan penting untuk mengetahui, mempelajari, dan memahami fraktor collum
femur, anatomi tulang dan otot femur dan aplikasi modalitas terapi latihan
dasar pada kasus ini. Untuk itu penulis ingin membuat paper tentang aplikasi
terapi latihan dasar pada pasien post fraktur collum femur untuk memudahkan
pembaca mengenal dan memahami tentang fraktur collum femur dan penanganannya.
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud fraktur dan
fraktur collum femur?
2. Bagaimana anatomi tulang dan otot
femur?
3. Bagaimana patofisiologi fraktur
collum femur?
4. Bagaimana etiologi fraktur collum
femur?
5. Bagaimana tanda dan gejala fraktur
collum femur?
6. Bagaimana penanganan fraktur collum
femur?
7. Bagaimana penanganan post fraktur
collum femur?
8. Bagaimana pengaruh terapi latihan
dasar pada pasien post fraktur collum femur?
D. Tujuan Penulisan
1. Penulis dan pembaca dapat mengetahui
dan memahami fraktur dan fraktur collum femur.
2. Penulis dan pembaca dapat mengetahui
dan memahami anatomi tulang dan otot femur.
3. Penulis dan pembaca dapat mengetahui
dan memahami patofisiologi collum femur.
4. Penulis dan pembaca dapat mengetahui
dan memahami etiologi fraktur collum femur.
5. Penulis dan pembaca dapat mengetahui
dan memahami tanda dan gejala fraktur collum femur.
6. Penulis dan pembaca dapat mengetahui
dan memahami penanganan fraktur collum femur.
7. Penulis dan pembaca dapat mengetahui
dan memahami penanganan post fraktur collum femur.
8. Penulis dan pembaca dapat mengetahui
dan memahami pengaruh terapi latihan dasar pada pasien post fraktur collum
femur.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis:
a. Memahami modalitas terapi latihan
dasar pada pasien post fraktur.
2. Bagi pembaca:
a. Dapat mengetahui tentang modalitas
terapi latihan dasar pada pasien post fraktur collum femur.
b. Sebagai bahan referensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi Fraktur dan Fraktur Collum Femur
Fraktur atau patah
tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Anonim; http://id.wikipedia.org/wiki/Fraktur_tulang).
Fraktur collum femoris adalah terputusnya tulang pada daerah collum femur.
Fraktur collum femoris
adalah terputusnya tulang pada daerah collum femur. Fraktur collum femoris
sering terjadi pada usia diatas 60 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita.
Pada umumnya disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan
dan osteoporosis pasca menopause. Tidak jarang juga fraktur collum femoris ini
terjadi akibat trauma kecil yaitu pada saat berjalan, dimana gaya dari berat
badan dibebankan pada satu tungkai yang diteruskan kebagian sentral tubuh. (Anonim;
http://yuhardika.blogspot.com/2013/03/fraktur-femur_23.html)
B. Anatomi
Tulang dan Otot Femur
Anatomi Tulang Femur
Os. Femur adalah bagian
tubuh terbesar dan tulang terkuat pada tubuh manusia. Menghubungkan tubuh
bagian pinggul dan lutut. Kata “femur” merupakan bahasa latin untuk paha.
(Anonim; http://id.wikipedia.org)
Gambar.01.
os femur dextra tampak anterior
Keterangan:
1.
Trochanter mayor 8.
Trochanter minor
2.
Fossa trochanteria 9. Corpus
femoris
3.
Collum femoris 10. Tubercullum
adductorium
4.
Fovea capitis femoris 11. Epicondylus
medialis
5.
Caput femoris 12.
Facies patelaris
6.
Collum femoris 13.
Epicondylus lateralis
7.
Linea
intertrochanterica
Gambar.02. os femur dextra tampak
posterior
Keterangan:
1.
Linea pectinea 12.
Linea aspera labium medial
2.
Trochantor minor 13. Linea
supracondylaris lateralis
3.
Collum femoris 14.
Linea supracondylaris medialis
4.
Fovea capitis femoris 15. Facies
poplitea
5.
Caput femoris 16.
Epicondylus lateralis
6.
Throcantor major 17.
Condylus lateralis
7.
Tubercullum quadratum 18. Fossa
intercondylaris
8.
Crista
interthrocantorica 19.
Linea intercondylaris
9.
Trochantor terius 20.
Condylus medialis
10.
Tuberositas glutea 21.
Tubercullum adductorium
11.
Linea aspera labium
lateral
Collum femur merupakan processus tulang yang berbentuk
piramidal yang menghubungkan corpus dengan caput femur dan membentuk sudut pada
bagian medial.(Anonim; http://physioyuli.blogspot.com/2013/03/fraktur-collum-femur-dengan-austin.html)
Anatomi
Otot Tulang Femur
Gambar.03. otot femoralis tampak
anterior
Keterangan:
1.
Muscle vastus lateralis
Origo
: labium medial linea aspera
Insertio
: tuberositas tibia
Fungsi
: ekstensi knee
2.
Muscle rectus femoralis
Origo :
SIAI, Superior acetabulum
Insertio : Patella
Fungsi : Flexi,
abduksi hip, dan extensi knee
Inervasi : n.
femoralis cabang L2-4
3.
Muscle illiopsoas
Origo : Fossa
iliaca dan SIAI
Insertio : Throcantor
minor femoris
Fungsi : Fleksi
dan internal rotasi art. Coxae
Inervasi : Ramus
muscularis n. femoralis L 3-4
4.
Muscle adducktor longus
Origo : ramus superior
ossis pubis
Insertio : Labium
mediale linea aspera ⅓ medial
Fungsi : Adduksi
dan fleksi hip
Inervasi : Ramus
anterior n. obturatoria L2-4
5.
Muscle pectineus
Origo :
Ramus
superior ossis pubis, Ligamentum
pubicum superior (serabut : latero inferior)
Insertio : Linea
pectinea femoris
Fungsi : Adduksi
dan flexi hip, Membantu
external rotasi
Inervasi : n.
femoralis cabang L2-3
6.
Muscle sartorius
Origo : SIAS
(serabut : inferomedial)
Insertio : Permukaan
anteromedial belakang Tuberositas tibia
Fungsi :
Fleksi
hip, abduksi hip, external rotasi hip dan fleksi, internal rotasi knee
Inervasi : n.
femoralis L2-3
7.
Muscle vastus medialis
Origo : labium medial linea aspera
Insertio
: tuberositas tibia
Fungsi
: ekstensi knee
Gambar.04. otot femoralis
tampak lateralis
Keterangan:
1.
Muscle biceps femoris
Origo :
tepi
bawah tuber ischiadicum, labium laterale linea aspera
Insertio : Capitulum fibula bagian
lateral, condylus lateralis tibiae
Fungsi : Flexi
tungkai bawah
Inervasi : n.
tibialis (L5-S2), n. Peroneus comunis
(S1-2)
2.
Muscle gluteus maximus
Origo :
Linea
glutea superior, Labium
externum crista iliaca, Permukaan
posterior os sacrum inferior, Lateral
os coccygeus
Insertio : Bagian
superfiscial : tractus ilio tibialis
Bagian deep : tuberositas gluteo femoris
Fungsi : Ekstensi
hip, Upward rotasi dan
abduksi hip
Inervasi : n.
gluteus inferior L5, S1-2
3.
Muscle sartorius
Origo :
SIAS
(serabut : inferomedial)
Insertio :
Permukaan anteromedial belakang Tuberositas tibia
Fungsi :
Fleksi
hip, abduksi hip, external rotasi hip dan fleksi, internal rotasi knee
Inervasi :
n.
femoralis L2-3
4.
Muscle rectus femoris
Origo :
SIAI, Superior acetabulum
Insertio : Patella
Fungsi : Flexi,
abduksi hip, dan extensi knee
Inervasi : n.
femoralis cabang L2-4
5.
Muscle vastus laterali
Origo : labium medial linea aspera
Insertio
: tuberositas tibia
Fungsi
: ekstensi knee
Gambar.05. otot femoralis tampak posterior
Keterangan:
1.
Muscle semimembranosus
Origo : Tuber
ischiadicum (serabut : infero mediale)
Insertio : Condylus
medialis tibia
Fungsi : Flexi
tungkai bawah
Inervasi : n.
tibialis
2.
Muscle gracilis
Origo : Ramus
inferior ossis pubis dan ossis ischii
Insertio : Tuberositas
tibia (belakang tendo m. Sartorius)
Fungsi : Adduksi
+ flexi hip, Flexi + internal rotasi
knee
Inervasi : Ramus
anterior n. obturatoria L2-4
3.
Muscle adductor magnus
Origo : Facies
anterior ramus inferior ossis ischii dan tuber ischiadicum
Insertio : Labium
mediale linea aspera
Fungsi : Adduksi
dan extensi hip
Inervasi : Ramus
posterior n. obturatoria dan n. tibialis L2-5, S1
4.
Muscle gluteus maximus
Origo :
Linea
glutea superior, Labium
externum crista iliaca, Permukaan
posterior os sacrum inferior, Lateral
os coccygeus
Insertio : Bagian
superfiscial : tractus ilio tibialis
Bagian deep : tuberositas gluteo femoris
Fungsi : Ekstensi
hip, Upward rotasi dan
abduksi hip
Inervasi : n.
gluteus inferior L5, S1-2
5.
Muscle gluteus medius
Origo : Fascies
lateral ossis ilii, diantara linea glutea anterior dan superior (serabut :
infero lateral)
Insertio : Throcantor
major femoris
Fungsi : Abduksi
hip
Pars posterior : ekstensi dan upward rotasi
hip
Pars anterior : flexi dan downward rotasi hip
Inervasi : n.
gluteus superior L4-5 dan S1-2
6.
Muscle biceps femoris
Origo : tepi
bawah tuber ischiadicum, labium laterale linea aspera
Insertio : Capitulum fibula bagian
lateral, condylus lateralis tibiae
Fungsi : Flexi
tungkai bawah
Inervasi : n.
tibialis (L5-S2), n. Peroneus comunis
(S1-2)
7.
Muscle semitendinosus
Origo : Tuber
ischiadicum
Insertio : Tuberositas
tibia
Fungsi : Flexi
tungkai bawah
Inervasi : n.
tibialis
C.
Patofisiologi Fraktur
Collum Femur
Fraktur collum femur
biasanya terjadi akibat jatuh, tetapi pada orang yang menderita osteoporosis,
kecelakaan yang sangat ringan sekalipun sudah dapat menyebabkan fraktur,
misalnya akibat kaki yang tersandung akan menyebabkan sendi panggul mengalami
exorotasi.
Pada pasien usia lanjut
khususnya pada wanita, terjadi perubahan struktur pada bagian ujung atas femur
yang menjadi predisposisi untuk terjadinya fracture pada collum femur. Karena
hilangnya tonus otot dan perubahan pada keseimbangan sensasi yang berhubungan
dengan usia, pasien ini dituntut untuk mengubah pola berjalan mereka. (Anonim;
http://www.ahlibedahtulang.com/artikel-180-2--fracture-collum-femoris-dewasa.html)
Pada orang dengan usia
muda, fraktur biasanya terjadi akibat jatuh dari ketinggian atau akibat
kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan hingga terlempar ke jalan. Pada pasien
ini sering kali mengalami jejas multipel dan 20% di antaranya juga mengalami fraktur
corpus femur.
(Anonim;
http://atuenryuzaki.blogspot.com/2012/10/fraktur-femur-dextra-tertutup.html)
D.
Etiologi Fraktur Collum
Femur
Menurut Smeltzer & Bare (2002)
penyebab terjadinya fraktur, fraktur collum femur yaitu:
1.
Trauma langsung,
kecelakaan lalu lintas,
2.
Trauma tidak langsung,
jatuh dari tempat tinggi dengan posisi berdiri,
3.
Proses penyakit,
osteoporosis dan osteoatritis,
4.
Secara spontan, stress
tulang yang terus menerus, tekanan yang berlebihan pada tulang yang terjadi
karena beban yang diterima lebih dari kapasitas beban yang dapat diterima
tulang.
5.
Kelainan bawaan sejak
lahir, tulang sangat rapuh sehingga mudah patah.
E.
Tanda dan Gejala
Fraktur Collum Femur
Pada pasien kondisi
post fraktur femur, sering timbul tanda dan gejala sebagai berikut:
1.
Nyeri
Ditimbulkan
oleh rangsangan respon sensorik tubuh karena kerusakan jaringan, biasanya
disekitar bekas operasi.
2.
Oedema (bengkak)
Bengkak
terjadi karena pecahnya pembuluh darah arteri yang terjadi saat pelaksanaan
operasi, sehingga aliran darah menuju jantung menjadi tidak lancar, serta
menimbulkan incisi.
3.
Eritema
Adanya
warna kemerahan pada kulit daerah infeksi yang disebabkan adanya pembengkakan
(oedema).
4.
Peningkatan suhu lokal
Peningkatan
suhu atau panas tubuh ini terjadi bersama adanya kemerahan, biasanya kaki pada
daerah yang ada fiksasi atau bekas operasi menjadi lebih panas dari suhu tubuh
normal yang berkisar 36,5áµ’C – 37,5áµ’C. Hal ini terjadi karena adanya oedema yang
memicu adanya reaksi peradangan sehingga suhu menjadi meningkat.
5.
Keterbatasan gerak dan
fungsi
Keterbatasan
gerak dan fungsi diakibatkan karena adanya gejala atau tanda diatas, adanya
nyeri, oedema (bengkak), eritema, peningkatasn suhu.
6.
Aktifitas yang menurun
Aktifitas
yang menurun karena adanya keterbatasan gerak dan fungsi tubuh yang disebabkan
karena adanya nyeri, oedema (bengkak), eritmia dan peningkatan suhu.
F.
Penanganan Fraktur
Collum Femur
Fraktur collum femur dapat disembuhkan
dengan cara:
1.
Pembedahan, operasi
pemasangan plat and srew.
2.
Medika mentosa, lebih
diutamakan untuk memberian peredam nyeri (analgetik). Analgetik akan membuat
pasien nyaman, napas yang tenang, dan mempunyai efek sedatif, yang bermanfaat
bagi pasien dengan nyeri yang terus-menerus. Beberapa jenis analgetik yang
dapat digunakan, antara lain:
a. Acetaminophen,
indikasi untuk nyeri ringan sampai sedang. Merupakan obat pilihan untuk nyeri
pasien yang hipersensitif terhadap aspirin atau NSAID, dengan gangguan
gastrointestinal atas, atau pasien yang mengkonsumsi antikoagulan oral.
b. Ibupropen,
Obat pilihan untuk pasien dengan nyeri ringan sampai sedang. Menghambat reaksi
inflamasi dengan menurunkan sintesis prostaglandin.
c. Oxycodone, analgesik dengan
multipel aksi yang mirip morphine; dengan konstipasi minimal, spasme otot
polos, dan depresi refleks batuk yang lebih ringan dibandingkan dengan
pemberian morphine pada dosis yang sama.
G. Penanganan
Post Fraktur Collum Femur
Penanganan pasien post fraktur colllum
femur dengan fisioterapi adalah sebagai berikut:
1.
Menggunakan terapi
latihan dasar, dengan diberikan program latihan yang terdiri dari aktif
exercise, pasif exercise, static contraction, breathing exercise, dan assested moovement.
2.
Pemberian latihan duduk,
pada kasus fraktur collum femur pasien tidak diperbolehkan duduk 90áµ’, pasien
diperbolehkan half lying (semi duduk).
3.
Pemberian latihan
berdiri, dengan dibantu terapis dan alat wallker.
4.
Pemberian latihan
berjalan, menggunakan alat bantu berupa wallker.
H.
Diagnosa Pembanding
Diagnosa pembanding dari diagnosa utama
fraktur collum femur, adalah:
a.
Fraktur caput femur,
b.
Fraktur femur.
BAB III
TINDAKAN FISIOTERAPI
A. Hasil
Anamnesis
Hasil anamnesis yang
telah dilakukan pada pasien post fraktur collum femur, berupa percakapan tanya
jawab.
Pertanyaan terapis:
1. Siapa
nama ibu?
2. Berapa
umur ibu?
3. Dimana
alamat rumah ibu?
4. Apa
yang ibu keluhkan?
5. Kenapa
bisa terjadi seperti itu?
6. Kapan
terjadi patah tulangnya?
7. Apakah
sakit bu?
8. Rasa
sakitnya seperti apa?
9. Apakah
ibu merasa pusing?
Jawaban narasi pasien dan keluarga:
Ibu Kumiyati umur 76
tahun tinggal di jalan MT. Haryono nomor 258 RT1/3 lomanis, menderita nyeri dan
bengkak karena paska opersi fraktur collum femur kaki kiri. Awalnya tidak tahu
kalo patah tulang, ibu kumiyati tidak mengeluhkan sakit pada keluarganya. Ibu
Kumiyati menjalankan aktivitas sehari-hari diatas kursi roda tetapi sesekali
berjalan. Tetap saja tidak merasa sakit. Lama kelamaan kaki kirinya bengkak
besar sehingga oleh keluarganya diperiksakan ke dokter, setelah pemeriksaan dan
hasil dari foto rontgen menuntukan adanya fraktur collum femur dan udah terjadi
selama 1 bulan. Lalu dilakukan operasi di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap.
Ibu Kumiyati tidak merasa pusing dan tidak ada nyeri, tetapi dari raut wajah
menunjukan adanya rasa nyeri yang hebat.
B. Status
Klinis
STATUS KLINIS
I. KETERANGAN
UMUM PENDERITA
Nama : Ny. K
Umur : 76 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jalan MT. Haryono nomor 258 Rt1/3 Lomanis
II.
DATA MEDIS RUMAH SAKIT
A. Diagnosa
Medis
Poli
Orthopedi Dr.: fraktur collum femur
B. Catatan
Klinis
Data
Laboratorium: Hemoglobin 10
Data
Rontgen: fraktur pada collum femur
C. Terapi
Umum (general treatment)
Medika
mentosa: injeksi cerenenit, injeksi fobet / cefo, injeksi orazepam, injeksi
diatepram, cornorit, merocef.
D. Rujukan
Fisioterapi dari Dokter
“mohon
dilakukan tindakan fisioterapi pada Ny. Kumiyati dengan kondisi post fraktur
collum femur.
III.
SEGI FISIOTERAPI
- Pemeriksaan
1. Anamnesis
a. Keluhan
Utama
Nyeri
pada kaki sinistra (kiri)
b. Riwayat
Penyakit Sekarang
Patah
tulang baru ketahuan setelah 1 bulan. Awalnya tidak mengetahui adanya patah
tulang, tidak terasa sakit sama sekali. Aktivitas biasa dilakukan di kursi roda
dan sesekali turun dari kursi roda dan berjalan, belum merasakan sakit.
Keluarga menyadari bahwa kaki kiri bengkak besar, sehingga dibawa ke dokter dan
ternyata patah tulang sudah satu bulan. Sama sekali tidak mengeluh rasa sakit.
Tidak pernah jatuh.
c. Riwayat
Penyakit Dahulu
Pasien
tidak memiliki riwayat penyakit dahulu.
d. Riwayat
Pribadi
Anemia,
Diabetes Militus.
e. Riwayat
keluarga
Psien
tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.
f. Anamnesis
Sistem
1) Kepala
& Leher
Pasien
tidak mengeluh pada daerah kepala dan leher.
2) Sistem
Kardovascular
Jantung
berdebar sedikit cepat.
3) Sistem
Respirasi
Pernafasan
sedikit cepat
4) Sistem
Gastrointestinal
Pasien
tidak mengalami gangguan pada pencernaan.
5) Sistem
Urogenital
Pasien
tidak mengalami gangguan pada sisitrm perkemihan.
6) Sistem
Muskuloskeletal
Nyeri,
spasme.
7) Sistem
Nervorum
Pasien
tidak mengalami gangguan pada saraf.
2. Pemeriksaan
Fisik
a. Tanda-tanda
Vital
1) Tekanan
Darah : 120/80 mmHg.
2) Denyut
Nadi : 72 kali per menit
3) Frek.
Pernafasan :18 kali per menit
4) Temperatur
: 37áµ’C
5) Tinggi
Badan : tidak dilakukan
6) Berat
Badan : tidak dilakukan
b. Inspeksi
Statis:
terpasang drainase, terpasang kateter, oedema besar, posisi pasien half laying
(semi duduk), terpasang infus, luka post operasi dibagian semi lateral AGB hip
sinistra.
c. Palpasi
Piting
oedema cepat kembali, bagian kaki kiri suhu tubuh berubah menjadi lebih hangat,
spasme.
d. Perkusi
Perut
kembung.
e. Auskultasi
Pernafasan
normal.
f. Gerakan
Dasar
1) Gerak
aktif
Tidak
full ROM, angkle S= 130áµ’-120áµ’-100áµ’, knee S= 0áµ’-0áµ’-60áµ’. Tidak boleh bergerak ke
arah adduksi dan endo rotasi.
2) Gerak
pasif
Tidak
full ROM. Tidak boleh digerakan ke arah adduksi dan endo rotasi.
3) Gerak
aktif melawan tahanan
Belum
bisa melawan tahanan.
g. Kognitif,
Intra personal, Inter personal
Kognitif:
pasien mampu menjawab pertanyaan, kadang butuh pengulangan. Sudang sedikit
linglung.
Intra
personal: mampu berkomunikasi dengan keluarga kadang dengan suara yang
diperkeras dan pengulangan.
Inter
personal: mampu berkomunikasi dengan terapis kadang dengan suara yang
diperkeras dan pengulangan.
h. Kemampuan
Fungsional & Lingkungan Aktifitas
Kemampuan
fungsional: dapat menggerakan anggota gerak atas dan anggota gerak bawah yang
sehat. Kaki yang paska operasi hanya bisa dan boleh digerakan untuk hip; flexi,
ekstensi, abduksi, ekso rotasi. Tidak diperbolehkan untuk duduk.
Lingkungan
aktivitas: masih sebatas tiduran.
3. Pemeriksaan
Spesifik
a. Lingkar
segmen
AGB
normal (kanan) : AGB
fraktur (kiri):
Maleolus
: 22 cm Maleolus
: 24 cm
Patela
: 37 cm Patela
: 42 cm
Paha
: 42 cm Paha
: 46 cm
b. Nilai
MMT : 2
Adanya
kontraksi otot dan ada pergerakan sendi minimal.
c.
Nilai ROM / LGS
AGB
normal (kanan): AGB
fraktur (kiri):
-Hip
S= 60áµ’-0áµ’-80áµ’ -
hip S= 0áµ’-0áµ’-60áµ’
-Hip
F= 0áµ’-0áµ’-50áµ’ - knee S= 0áµ’-0áµ’-60áµ’
-Knee
S= 0áµ’-0áµ’-130áµ’ -
angkle S= 130áµ’-0áµ’-100áµ’
-Angkle
S=
d. Skala
nyeri
Pasien
kemampuan kognitifnya berkurang sehingga ketika ditanya nyeri, beliau menjawab
tidak tetapi dari raut wajah menunjukan adanya nyeri.
-
Saat diam, dari raut
wajah menunjukan bahwa nyeri yang dirasakan sedang.
-
Saat ditekan, dari raut
wajah terlihat memucat menunjukan bahwa rasa nyeri meningkat dari nyeri sedang
menjadi nyeri kuat.
-
Saat digerakan, dari
raut wajah terlihat menahan nyeri menunjukan bahwa rasa nyeri sangat kuat.
- Interpretasi Data / Diagnosis Fisioterapi
1. Impairment
Adanya
nyeri, spasme, keterbatasan ROM / LGS, keterbatasan akivitas fungsional.
2. Fungcional
Limitation
Tidak
dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Disability
Dapat
terjadi patah tulang kembali.
- Program / Perencanaan Fisioterapi
1. Tujuan
a. Tujuan
jangka pendek
Menghilangkan
spasme, menghilangkan nyeri, menambah ROM/LGS.
b. Tujuan
jangka panjang
Agar
pasien dapat melakukan kegiatan sehari-hari.
2. Tindakan
Fisioterapi
a. Teknologi
Fisioterapi
1) Teknologi
alternatif
Infra
merah, terapi latihan, massage, tens.
2) Teknologi
terpilih
Terapi
latihan, massage.
3) Teknologi
yang dilaksanakan
Terapi
latihan.
b. Edukasi
Menggerakan
kakinya flexi hip, flexi knee, ekstensi knee, plantar fleksi, dorsi fleksi.
Tidak
boleh didudukan, tidak boleh digeser ke arah adduksi dan endo rotasi.
c. Rencana
evaluasi
-
Nyeri menggunakan alat
the happy face ratting, melihat raut wajah pasien.
-
ROM/LGS menggunakan
alat goneo meter.
-
Atropometri lingkar
segmen menggunakan alat midline.
- Pelaksanaan Fisioterapi
1. Sabtu,
9 Agustus 2014
Adanya
bengkak. Pemberian breathing exercise, static contraction, aktif moovement, dan
pasif moovement.
2. Senin,
11 Agustus 2014
Pembengkakan
bertambah besar dan timbul rasa perih pada daerah luka operasi karena tergeser
saat ganti sprei. Pemberian static contraction, aktif moovement, dan pasif moovement.
3. Selasa,
12 Agustus 2014
Bengkak
sudah mulai menurun. Pemberian static contraction, aktif moovement, pasive
moovement, assisted moovement dan latihan berdiri.
- Prognosis
Dapat
bisa berjalan dan beraktivitas tetapi menggunakan wallker, karena sudah lanjut
usia.
- Evaluasi
- Hari
pertama terapi:
Ada
oedema; maleolus 23 cm, patela 39 cm, paha 44 cm. MMT 2. Tidak full ROM bahkan
belum bisa melawan grafitasi. Tidak dapat melakukan aktivitas hanya tiduran.
Rasa nyeri masih tinggi. Masih terpasang drainase dan kateter.
- Hari
kedua terapi:
Oedema
semakin besar, karena terjadi penekanan dan bergeraknya kaki pasien yang cedera
ke arah endo rotasi atau adduksi saat keluarga pasien mengangkat pasien saat
pergantian sprei kasur, oedema menjadi maleolus 24 cm, patela 42 cm, paha 46
cm. Selang drainase dan kateter sudah dilepas. MMT 3. Mampu melawan grafitasi
dan ROM meningkat.
- Hari
ketiga terapi:
Oedema
menurun sudah mendekati normal; maleolus 23 cm, patela 38 cm, paha 43 cm. MMT
3. Kaki sudah dapat bergerak walau tidak full ROM, ada peningkatan aktivitas,
pasien sudah mampu berdiri dengan bantuan wallker selama kurang lebih 10 menit.
- Hasil Terapi Akhir
Setelah
melakukan terapi selama 3 kali, terjadi penurunan oedema, berkurangnya rasa
nyeri, meningkatnya ROM/LGS, peningkatan aktifitas. Pasien saat terakhir terapi
sudah mampu berdiri menggunakan wallker.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengaruh
Modalitas Terapi Latihan Dasar terhadap Pasien Post Fraktur Collum Femur
Modalitas terapi
latihan dasar terhadap pasien post fraktur collum femur efektif karena terapi
yang digunakan bertujuan:
a. Breathing
exercise, bekerja dengan mengirimkan suplai okigen ke otak bertujuan untuk
menstabilkan kondisi pasien saat melakuakn terapi dan menurunkan rasa nyeri
saat melakukan terapi.
b. Static
contraction, berkerja dengan mengkontraksikan otot dengan pumping action
berjutuan memperlancar aliran darahyang tersumbat oedema sehingga darah yang
mengandung cairan oksudat dapat mengalir dengan lancar dan mengeluarkan cairan
oksudat dari tubuh sehingga dapat menurunkan oedema dan peradangan serta
menurunnya suhu lokal pada daerah luka.
c. Aktif
moovement, pasien yang menggerakan, tenaga berasal dari pasien, bekerja untuk
mengkontraksikan otot dan menggerakan sendi sesuai kemampuan pasien, bertujuan
meningkatnya nilai kekuatan otot, tonus otot, mobilisasi sendi, melihat
kemampuan pasien.
d. Pasif
moovement, terapis yang menggerakan tenaga berasal dari terapis, bekerja untuk
mengkontraksikan otot dan pergerakan sendi yang dipaksakan agar dapat mencapai
ROM/LGS normal, bertujuan untuk meningkatkan nilai kekuatan otot dan tonus
otot, menambah ROM/LGS untuk dapat mencapai full ROM/LGS, melihat endfeel.
e. Assested
moovement, latihan dimana gerakan yang terjadi akibat kontraksi otot yang
bersangkutan dan mendapat bantuan dari luar. Bertujuan ntuk mempengarui
elastisitas dan fleksibilitas otot, merangsang stimulasi tulang, mencegar
sirkulasi dan tromboimboli, memberikan stimulasi gerak yang disadari,
peningkatan ROM/LGS, meningkatkan kekuatan otot.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Fraktur collum femoris
adalah terputusnya tulang pada daerah collum femur. Fraktur collum femoris
sering terjadi pada usia diatas 60 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita.
Pada umumnya disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan
dan osteoporosis pasca menopause. Tidak jarang juga fraktur collum femoris ini
terjadi akibat trauma kecil yaitu pada saat berjalan, dimana gaya dari berat
badan dibebankan pada satu tungkai yang diteruskan kebagian sentral tubuh.
(Anonim; http://yuhardika.blogspot.com/2013/03/fraktur-femur_23.html)
Salah satu modalitas
fisioterapi yang dapat diberikan pada kasus post fraktur collum femur yang
terbuksi efeksif adalah terapi latihan dasar. Hal ini terbukti pada salah satu
pasien yaitu Ny. Kumiyati mengalami penurunan oedema, penurunan nilai nyeri,
peningkatan nilai kekuatan otot, peningkatan ROM/LGS, dan peningkatan
aktivitas. Karena tujuan terapi latihan untuk memajukan aktifitas pasien,
memperbaiki otot-otot yang tidak efektif, memperoleh kembali jarak gerak sendi,
mengembalikan aktivitas normal pasien. (Terapi Latihan 1, Wishnu Subroto, S.St.Ft, 2014)
B. Saran
1.
Penulis lebih banyak melihat referensi lain agar dapat memperoleh
informasi yang lain mengenai aplikasi terapi latihan dasar.
2.
Pembaca tidak hanya terpaku makalah ini, tetapi juga melihat
referensi lain agar informasi yang didapat lebih beragam.
3.
Diharapkan pembaca dapat mengaplikasikan dalam kegiatan
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
- Subroto,
Wishnu. 2014. Terapi Latihan 1.
Cilacap: KPK.
- Sobota.
2003.
- http://id.wikipedia.org
- http://www.ahlibedahtulang.com/artikel-180-2--fracture-collum-femoris-dewasa.html