BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Aktivitas sehari-hari
yang dilakukan oleh tulang, sendi dan otot jika dilakukan secara berlebihan
dapat mengakibatkan luka atau cederang yang membuat aktivitas terganggu bahkan
dapat mengakibatkan kelumpuhan.
Salah satu cedera yang
terjadi di tendon otot adalah tendinitis. Tendonitis atau tendinitis adalah
peradangan atau iritasi pada tendon otot. Tendonitis biasanya terjadi pada ibu
jari, siku, bahu, pinggul, lutut, dan pergelangan tangan, tetapi dapat terjadi
di mana saja terdapat tendon. Seperti tendinitis pada tendon otot supraspinatus
yang akan dibahan dalam makalah ini.
Tendiniti supraspinatus adalah peradangan atau iritasi pada
tendon otot suprasinatus. Gejalanya berupa rasa nyeri pada daerah bahu atas,
pada daerah otot supraspinatus. Thermoterapi yang dapat dilakukan untuk kasus
ini, Diberi kompres hangat untuk mengurangi spasme otot
supraspinatus. Sebelum dilakukan message atau terapi latihan dapat kita berikan
sinar inframerah. Massage pada tendon supraspinatus. Terapi elektris. Terapi
latihan.
B. Identifikasi
Masalah
Dalam ilmu fisioterapi
sangan penting untuk mengetahui, mempelajari, dan memahami tendinitis pada otot
supraspinatus, anatomi otot supraspinatus dan aplikasi thermoterapi pada kasus
ini. Untuk itu penulis ingin membuat paper tentang tendinitis supraspinatus
muscle untuk memudahkan pembaca mengenal dan memahami tentang tendinitis dan
penanganannya.
C. Rumusan
Masalah
- Apa yang dimaksud tendinitis dan tendinitis suptaspinatus?
- Bagaimana anatomi otot supraspinatus?
- Bagaimana patologi tendinitis supraspinatus?
- Bagaimana teknik pemeriksaan pada kasus tendinitis supraspinatus?
- Bagaimana aplikasi thermoterapi pada tendinitis supraspinatus?
D. Tujuan
Penulisan
1. Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami pengertian tendinitis dan tendinitis
suptaspinatus.
2. Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami anatomi otot supraspinatus.
3. Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami patologi tendinitis supraspinatus.
4. Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami teknik pemeriksaan pada kasus tendinitis
supraspinatus.
5. Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami aplikasi thermoterapi pada tendinitis
supraspinatus.
E. Manfaat
Penulisan
1. Mahasiswa
dapat memahami aplikasi thermoterapi pada tendinitis supraspinatus.
2. Sebagai
bahan referensi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Tendinitis dan Tendinitis Suptaspinatus
Tendonitis atau tendinitis adalah peradangan atau iritasi
pada tendon otot. Regangan terus-menerus, penggunaan
berlebihan atau penyalahgunaan tendon yang menyebabkan cedera stres berulang,
atau cedera akut yang serius dapat menyebabkan tendonitis. Tendonitis biasanya
terjadi pada ibu jari, siku, bahu, pinggul, lutut, dan pergelangan tangan,
tetapi dapat terjadi di mana saja terdapat tendon.
Tendinitis
pada salah satu otot rotator bisa terjadi berdasarkan perubahan-perubahan
degeneratif, dengan atau tanpa adanya pembebanan yang terlalu berat. Petunjuk
bahwa pembebaban terlalu berat sering ditemui dalam anamnesis. Keluhannya tidak
dapat dibedakan dari keluhan kebanyakan gangguan bahu lainnya.
Tendiniti supraspinatus adalah peradangan atau iritasi pada
tendon otot suprasinatus. Tendinitis supraspinatus merupakan kondisi yang
disebabkan oleh trauma yang berulang meskipun ringan dan dalam waktu relatif
lama, proses degenerasi akan mempercepat terjadinya injury. Pasien
biasanya mengeluh nyeri dan gerak terbatas saat melakukan abduksi
dan fleksi shoulder.
Tendinitis supra
spinatus dapat disertai ataupun tanpa adanya kalsifikasi. Ada tidaknya
klasifikasi mempunyai hubungan langsung dengan ada tidaknya rasa nyeri. Rasa
nyeri dapat timbul bila defosit berdiameter 5 mm atau lebih (kadang defosit
kalsiumnya kurang dari 1,5 cm dimeternya bersifat asimtomatis).
B. Anatomi
Otot Supraspinatus
Otot suprspinatus adalah otot yang relatif kecil
pada lengan atas. Namanya berasal dari tempat perlekatannya di fossa
supraspinosus, superior dari scapula.
Termasuk dalam salah satu otot rotator
cuff. Spina scapula memisahkan otot
supraspinatus dari otot infraspinatus.
Origo: fascia supraspinatus dan fossa supra spinatus
Insertio: tubercullum majus
Fungsi : abduksi shoulder
Inervasi:
nervus suprascapularis (C4-C6)
Otot ini memperkuat humerus pada lekuk sendi, menegangkan
capsula articularis. Semua otot yang
berinsersio pada tuberculum mayus dapat dibuat jembatan keledai SIT (Suprspinatus, Infraspinatus, dan Teres minor). Supraspinatus Meskipun merupakan
bagian dari manset rotator, otot supraspinatus tidak memutar sendi bahu.
C. Patologi
Tendinitis Supraspinatus
Penyebab tendinitis supraspinatus berupa cidera langsung yang
mengenai bahu ataupun juga karena cidera atau trauma yang disebabkan oleh kerja
m. supraspinatus yang berlebihan.
Tendon
otot supraspinatus sebelum berinsersio pada tuberkulum majus humeri, akan
melewati terowongan pada daerah bahu yang dibentuk oleh kaput humeri (dengan
bungkus kapsul sendi glenohumerale) sebagai alasnya, dan akromion serta
ligamentum coraco acromiale sebagai penutup bagian atasnya.
Disini
tendon tersebut akan saling bertumpang tindih dengan tendon dari kaput longus
biseps. Adanya gesekan dan penekanan yang berulang-ulang serta dalam jangka
waktu yang lama oleh tendon biseps ini akan mengakibatkan kerusakan tendon otot
supraspinatus dan berlanjut sebagai tendinitis supraspinatus.
Rasa
nyeri ini timbul karena kristal kalsium hidrokxyapatite yang ada ditempat
tersebut menjebol masuk kedalam bursa subacromialis, yang selanjutnya
menimbulkan bursitis akut. Penderita tendinitis biasanya datang dengan keluhan
nyeri bahu yang disertai keterbatasan gerak sendi bahu.
Pada
pemeriksaan X-ray sering ditemui pengapuran, penyebabnya tidak diketahui tetapi
diperkirakan bahwa iskemik lokal mengakibatkan metaplasia fibrokartilageinous
dan peluruhan kristal aktif oleh chondrosit.
Bila
ditelusuri, daerah rasa nyerinya adalah di seluruh daerah sendi bahu. Rasa
nyeri ini dapat kumat-kumatan, yang timbul sewaktu mengangkat bahu. Pada malam
hari nyeri ini dirasakan terus-menerus, dan bertambahnya nyeri bila lengan
diangkat. Keluhan umum yang biasanya disampaikan adalah kesulitan memakai baju,
menyisir rambut, atau kalau akan mengambil bumbu dapur di rak gantung bahunya
terasa nyeri.
Gejala yang dialami penderita tendinitis dapat disimpulkan,
sebagai berikut;
a. Adanya nyeri tekan.
b. Nyeri menjalar dari acromion sampai
insertio deltoid.
c. Painful arc saat melakukan gerak
abduksi 600-1200 , yang merupakan gambaran klasik
bahwa adanya inflamasi tendon yang tertekan antara acromion dan humerus.
d. Gerak shoulder atau arm full (tapi
ada painful arc).
e. Resisted abduksi pada out range
kadang nyeri.
D. Teknik
Pemeriksaan pada
Kasus Tendinitis Supraspinatus
Pada
pemeriksaan fungsi kita dapat menemukan adanya rasa sakit, baik pada otot yang
bersangkutan (secara isometric) ditegangkan, maupun pada saat otot tersebut
dikedangkan secara pasif. Pada tes daya tahan M. Supraspinatus dengan abduksi
dan tes penguluran pasif dengan endorotasi + aduksi, maka akan timbul rasa
sakit.
Sering
kali kita melihat suatu kombinasi antara painful arc dan adanya rasa sakit pada
tes daya tahan tesebut. Hal ini masuk akal, karena M. Supraspinatus dan dua
otot lainnya yaitu M. Subscapularis dan M. Infraspinatus terjepit sewaktu
abduksi kombinasi.
Diharapkan
bahwa dengan ada tidaknya rasa sakit pada tes daya tahan berarti adanya luka
tendon atau adanya bursitis. Dalam praktek hal ini kurang jelas. Menegangkan
otot dengan kuat pun menyebabkan kompensasi bursa. Oleh karena itu, kita sering
mendapat satu atau lebih tes daya tahan yang menimbulkan rasa sakit pada pasien
dengan bursitis subacromilis. Ada berbagai cara:
· Pengulangan
tes daya tahan dalam sikap lain, misalnya dengan berbaring. Sering pada posisi
ini tiba-tiba menimbulkan rasa sakit, atau terjadi bahwa tes-tes ini yang
semula menimbulkan rasa sakit, sekarang tidak menimbulkan rasa sakit lagi.
Kemungkinan besar bahwa dalam hal itu diagnosanya adalah bursitis.
· Pengulangan
tes daya tahan yang menimbulkan rasa sakit di bawah traksi. Traksi pada lengan
atas mengakibatkan terjadinya pengedangan tendon, tetapi memberikan ruang lebih
luas untuk bursa. Bila tes ini kurang menimbulkan rasa sakit dibandingkan
dengan tiadanya trakasi, maka hal ini mendukung diagnosa adanya bursitis.
Sedangkan bila rasa sakitnya sama, atau malah lebih sakit maka ini mendukung
diagnosa adanya luka tendon.
· Pemberian
anastesi lokal
pada bursa atau tempat perlengketan tendon. Apabila beberapa menit setelah
diberi anastesi tidak timbul rasa sakit lagi saat dilaksanakan tes daya tahan,
hal ini berarti bahwa lukanya berada didalam struktur yang telah diberi obat
bius tersebut. Pengulangan tes
daya tahan dibawah traksi tidak mengurangi rasa sakit (dalam hal bursitis
sakitnya berkurang). Suatu tendopati inersi sering juga disertai oleh painful
arc.
Secara umum teknik pemeriksaan pada kasus tendinitis
supraspinatus, sebagai berikut:
1)
Keterangan
umum pasien,
2)
Data
medis;
−
Diagnosa
−
Catatan
klinis
−
Terapi
medis
3)
Fisioterapi
a.
Anamnesis
−
Keluhan utama (KU)
−
Riwayat penyakit sekarang (RPS)
−
Riwayat penyakit dahulu (RPD)
−
Riwayat penyakit keluarga (RPK)
−
Riwayat penyakit Pribadi (RPP)
b.
Inspeksi
Inspeksi sudah bisa dimulai dari saat pasien masuk. Selanjutnya pasien diperiksa dalam berbagai posisi : posisi kepala, simetri kontur tubuh, posisi tulang belakang, berubahnya warna kult, atrofi otot, pembengkakan yang abnormal.
Inspeksi sudah bisa dimulai dari saat pasien masuk. Selanjutnya pasien diperiksa dalam berbagai posisi : posisi kepala, simetri kontur tubuh, posisi tulang belakang, berubahnya warna kult, atrofi otot, pembengkakan yang abnormal.
c.
Pemeriksaan
fungsi
Pemeriksaan
fungsi yang dilakukan adalah secara keseluruhan. Mula-mula fungsi tulang
belakang bagian servical/leher, selanjutnya pemeriksaan fungsi scapula dan
clavicula. Dan selanjutnya pemeriksaan bahu yang lebih khusus.
Secara
khusus pemeriksaan tendonitis supraspiantus adalah :
−Melakukan tes daya
tahan dibawah traksi pada sendi bahu dengan abduksi dengan berbagai macam
posisi. Bila sakit yang dirasakan tidak ada perubahan intensitas, maka
kemungkinan adanya tendinis supraspinatus.
−Melakukan
tes penguluran pasif pada sendi bahu dengan endorotasi disertai aduksi bahu.
Tes ini positif bila ada rasa nyeri.
E. Aplikasi
Thermoterapi pada Kasus Tendinitis Supraspinatus
Thermoterapi adalah penggunaan panas untuk meringankan
penyakit, yang mencakup pemanasan dengan cahaya (sinar inframerah) atau alat
pemanas konduktif seperti: bantalan pemanas, botol air panas, krim atau lotion
pemanas, terapi mandi, mandi parafin, dan sauna.
Pengobatan
tendonitis pada bahu, kalau memungkinkan terarah pada penyebabnya, jika
penyebab tersebut dapat ditunjukkan. Terapi local dapat diberikan fisioterapi
dengan berbagai jenis cara. Bentuk pengobatan yang popular adalah friksi
melintang, suatu teknik memijit yang sifatnya sangat local.
Suatu
suntikan dengan sebuah anaestheticum local atau preparat kortikosteroid dapat
dipertimbangkan, jika cara-cara pengobatan yang lain tidak mempunyai efek. Secara umum penanganan yang dapat
diberikan adalah :
1.
Diberi kompres hangat untuk mengurangi
spasme otot supraspinatus.
2.
Sebelum
dilakukan message atau terapi latihan dapat kita berikan sinar inframerah untuk
mengurangi spasme, memberikan rileksasi dan memperlancar peredaran darah. Sinar
inframerah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang 7700- 4 juta A.
3.
Massage pada tendon supraspinatus. Dengan menggunakan tehnik transver
friction.
Tujuan diberi massage ini untuk mengurangi nyeri, relaksasi otot, peningkatan vaskularisasi
Tujuan diberi massage ini untuk mengurangi nyeri, relaksasi otot, peningkatan vaskularisasi
4.
Terapi elektris dengan menggunakan SWD.
5.
Terapi latihan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tendiniti supraspinatus adalah peradangan atau iritasi pada
tendon otot suprasinatus. Tendinitis supraspinatus merupakan kondisi yang
disebabkan oleh trauma yang berulang meskipun ringan dan dalam waktu relatif
lama, proses degenerasi akan mempercepat terjadinya injury. Pasien
biasanya mengeluh nyeri dan gerak terbatas saat melakukan abduksi
dan fleksi shoulder.
Gejala yang dialami penderita tendinitis dapat
disimpulkan, sebagai berikut; Adanya
nyeri tekan. Nyeri menjalar dari acromion sampai insertio deltoid. Painful arc
saat melakukan gerak abduksi 600-1200 , yang
merupakan gambaran klasik bahwa adanya inflamasi tendon yang tertekan antara
acromion dan humerus. Gerak shoulder atau arm full (tapi ada painful arc).
Resisted abduksi pada out range kadang nyeri.
Thermoterapi yang dapat dilakukan
untuk kasus ini, Diberi kompres hangat untuk mengurangi
spasme otot supraspinatus. Sebelum
dilakukan message atau terapi latihan dapat kita berikan sinar inframerah. Massage
pada tendon supraspinatus. Terapi
elektris. Terapi
latihan.
B. Saran
- Penulis lebih banyak melihat referensi lain agar dapat memperoleh informasi yang lain mengenai aplikasi thermoterapi pada kasus tendinitis supraspinatus.
- Pembaca tidak hanya terpaku resume ini, tetapi juga melihat referensi lain agar informasi yang didapat lebih beragam.
- Diharapkan pembaca dapat mengaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
· Astriyana,
Sevy. 2014. Power Point Materi Otot
Shoulder. Cilacap.
· Mens,
J.M.A and deWolf, A.N; Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh;Cetakan kedua, Houten,
1994
· Husdaya,
Prastya ; Rematologi; Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisoterapi,
Surakarta, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar