Jumat, 10 April 2015

tendinitis


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh tulang, sendi dan otot jika dilakukan secara berlebihan dapat mengakibatkan luka atau cederang yang membuat aktivitas terganggu bahkan dapat mengakibatkan kelumpuhan.
Salah satu cedera yang terjadi di tendon otot adalah tendinitis. Tendonitis atau tendinitis adalah peradangan atau iritasi pada tendon otot. Tendonitis biasanya terjadi pada ibu jari, siku, bahu, pinggul, lutut, dan pergelangan tangan, tetapi dapat terjadi di mana saja terdapat tendon. Seperti tendinitis pada tendon otot supraspinatus yang akan dibahan dalam makalah ini.
Tendiniti supraspinatus adalah peradangan atau iritasi pada tendon otot suprasinatus. Gejalanya berupa rasa nyeri pada daerah bahu atas, pada daerah otot supraspinatus. Thermoterapi yang dapat dilakukan untuk kasus ini, Diberi kompres hangat untuk mengurangi spasme otot supraspinatus. Sebelum dilakukan message atau terapi latihan dapat kita berikan sinar inframerah. Massage pada tendon supraspinatus. Terapi elektris. Terapi latihan.

B.  Identifikasi Masalah
Dalam ilmu fisioterapi sangan penting untuk mengetahui, mempelajari, dan memahami tendinitis pada otot supraspinatus, anatomi otot supraspinatus dan aplikasi thermoterapi pada kasus ini. Untuk itu penulis ingin membuat paper tentang tendinitis supraspinatus muscle untuk memudahkan pembaca mengenal dan memahami tentang tendinitis dan penanganannya.

C.  Rumusan Masalah
  1. Apa yang dimaksud tendinitis dan tendinitis suptaspinatus?
  2. Bagaimana anatomi otot supraspinatus?
  3. Bagaimana patologi tendinitis supraspinatus?
  4. Bagaimana teknik pemeriksaan pada kasus tendinitis supraspinatus?
  5. Bagaimana aplikasi thermoterapi pada tendinitis supraspinatus?
D.  Tujuan Penulisan
1.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian tendinitis dan tendinitis suptaspinatus.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami anatomi otot supraspinatus.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami patologi tendinitis supraspinatus.
4.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami teknik pemeriksaan pada kasus tendinitis supraspinatus.
5.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami aplikasi thermoterapi pada tendinitis supraspinatus.

E.   Manfaat Penulisan
1.      Mahasiswa dapat memahami aplikasi thermoterapi pada tendinitis supraspinatus.
2.      Sebagai bahan referensi.



















BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.  Pengertian Tendinitis dan Tendinitis Suptaspinatus
Tendonitis atau tendinitis adalah peradangan atau iritasi pada tendon otot. Regangan terus-menerus, penggunaan berlebihan atau penyalahgunaan tendon yang menyebabkan cedera stres berulang, atau cedera akut yang serius dapat menyebabkan tendonitis. Tendonitis biasanya terjadi pada ibu jari, siku, bahu, pinggul, lutut, dan pergelangan tangan, tetapi dapat terjadi di mana saja terdapat tendon.
Tendinitis pada salah satu otot rotator bisa terjadi berdasarkan perubahan-perubahan degeneratif, dengan atau tanpa adanya pembebanan yang terlalu berat. Petunjuk bahwa pembebaban terlalu berat sering ditemui dalam anamnesis. Keluhannya tidak dapat dibedakan dari keluhan kebanyakan gangguan bahu lainnya.
Tendiniti supraspinatus adalah peradangan atau iritasi pada tendon otot suprasinatus. Tendinitis supraspinatus merupakan kondisi yang disebabkan oleh trauma yang berulang meskipun ringan dan dalam waktu relatif lama, proses degenerasi akan mempercepat terjadinya injury.  Pasien biasanya mengeluh nyeri dan gerak terbatas saat melakukan abduksi  dan  fleksi shoulder.
Tendinitis supra spinatus dapat disertai ataupun tanpa adanya kalsifikasi. Ada tidaknya klasifikasi mempunyai hubungan langsung dengan ada tidaknya rasa nyeri. Rasa nyeri dapat timbul bila defosit berdiameter 5 mm atau lebih (kadang defosit kalsiumnya kurang dari 1,5 cm dimeternya bersifat asimtomatis).

B.  Anatomi Otot Supraspinatus
Otot suprspinatus adalah otot yang relatif kecil pada lengan atas. Namanya berasal dari tempat perlekatannya di fossa supraspinosus, superior dari scapula. Termasuk dalam salah satu otot rotator cuff. Spina scapula memisahkan otot supraspinatus dari otot infraspinatus.
Origo: fascia supraspinatus dan fossa supra spinatus
Insertio: tubercullum majus
Fungsi : abduksi shoulder
Inervasi:  nervus suprascapularis (C4-C6)

Otot ini memperkuat humerus pada lekuk sendi, menegangkan capsula articularis. Semua otot yang berinsersio pada tuberculum mayus dapat dibuat jembatan keledai SIT (Suprspinatus, Infraspinatus, dan Teres minor). Supraspinatus Meskipun merupakan bagian dari manset rotator, otot supraspinatus tidak memutar sendi bahu.




C.  Patologi Tendinitis Supraspinatus
Penyebab tendinitis supraspinatus berupa cidera langsung yang mengenai bahu ataupun juga karena cidera atau trauma yang disebabkan oleh kerja m. supraspinatus yang berlebihan.
Tendon otot supraspinatus sebelum berinsersio pada tuberkulum majus humeri, akan melewati terowongan pada daerah bahu yang dibentuk oleh kaput humeri (dengan bungkus kapsul sendi glenohumerale) sebagai alasnya, dan akromion serta ligamentum coraco acromiale sebagai penutup bagian atasnya.
Disini tendon tersebut akan saling bertumpang tindih dengan tendon dari kaput longus biseps. Adanya gesekan dan penekanan yang berulang-ulang serta dalam jangka waktu yang lama oleh tendon biseps ini akan mengakibatkan kerusakan tendon otot supraspinatus dan berlanjut sebagai tendinitis supraspinatus.
          
Rasa nyeri ini timbul karena kristal kalsium hidrokxyapatite yang ada ditempat tersebut menjebol masuk kedalam bursa subacromialis, yang selanjutnya menimbulkan bursitis akut. Penderita tendinitis biasanya datang dengan keluhan nyeri bahu yang disertai keterbatasan gerak sendi bahu.
Pada pemeriksaan X-ray sering ditemui pengapuran, penyebabnya tidak diketahui tetapi diperkirakan bahwa iskemik lokal mengakibatkan metaplasia fibrokartilageinous dan peluruhan kristal aktif oleh chondrosit.
Bila ditelusuri, daerah rasa nyerinya adalah di seluruh daerah sendi bahu. Rasa nyeri ini dapat kumat-kumatan, yang timbul sewaktu mengangkat bahu. Pada malam hari nyeri ini dirasakan terus-menerus, dan bertambahnya nyeri bila lengan diangkat. Keluhan umum yang biasanya disampaikan adalah kesulitan memakai baju, menyisir rambut, atau kalau akan mengambil bumbu dapur di rak gantung bahunya terasa nyeri.
Gejala yang dialami penderita tendinitis dapat disimpulkan, sebagai berikut;
a.    Adanya nyeri tekan.
b.    Nyeri menjalar dari acromion sampai insertio deltoid.
c.    Painful arc saat melakukan gerak abduksi  600-1200 , yang merupakan gambaran klasik bahwa adanya inflamasi tendon yang tertekan antara acromion dan humerus.
d.   Gerak shoulder atau arm full (tapi ada painful arc).
e.    Resisted abduksi pada out range kadang nyeri.

D.  Teknik Pemeriksaan pada Kasus Tendinitis Supraspinatus
Pada pemeriksaan fungsi kita dapat menemukan adanya rasa sakit, baik pada otot yang bersangkutan (secara isometric) ditegangkan, maupun pada saat otot tersebut dikedangkan secara pasif. Pada tes daya tahan M. Supraspinatus dengan abduksi dan tes penguluran pasif dengan endorotasi + aduksi, maka akan timbul rasa sakit.
Sering kali kita melihat suatu kombinasi antara painful arc dan adanya rasa sakit pada tes daya tahan tesebut. Hal ini masuk akal, karena M. Supraspinatus dan dua otot lainnya yaitu M. Subscapularis dan M. Infraspinatus terjepit sewaktu abduksi kombinasi.
Diharapkan bahwa dengan ada tidaknya rasa sakit pada tes daya tahan berarti adanya luka tendon atau adanya bursitis. Dalam praktek hal ini kurang jelas. Menegangkan otot dengan kuat pun menyebabkan kompensasi bursa. Oleh karena itu, kita sering mendapat satu atau lebih tes daya tahan yang menimbulkan rasa sakit pada pasien dengan bursitis subacromilis. Ada berbagai cara:
·      Pengulangan tes daya tahan dalam sikap lain, misalnya dengan berbaring. Sering pada posisi ini tiba-tiba menimbulkan rasa sakit, atau terjadi bahwa tes-tes ini yang semula menimbulkan rasa sakit, sekarang tidak menimbulkan rasa sakit lagi. Kemungkinan besar bahwa dalam hal itu diagnosanya adalah bursitis.
·      Pengulangan tes daya tahan yang menimbulkan rasa sakit di bawah traksi. Traksi pada lengan atas mengakibatkan terjadinya pengedangan tendon, tetapi memberikan ruang lebih luas untuk bursa. Bila tes ini kurang menimbulkan rasa sakit dibandingkan dengan tiadanya trakasi, maka hal ini mendukung diagnosa adanya bursitis. Sedangkan bila rasa sakitnya sama, atau malah lebih sakit maka ini mendukung diagnosa adanya luka tendon.
·      Pemberian anastesi lokal pada bursa atau tempat perlengketan tendon. Apabila beberapa menit setelah diberi anastesi tidak timbul rasa sakit lagi saat dilaksanakan tes daya tahan, hal ini berarti bahwa lukanya berada didalam struktur yang telah diberi obat bius tersebut. Pengulangan tes daya tahan dibawah traksi tidak mengurangi rasa sakit (dalam hal bursitis sakitnya berkurang). Suatu tendopati inersi sering juga disertai oleh painful arc.

Secara umum teknik pemeriksaan pada kasus tendinitis supraspinatus, sebagai berikut:
1)   Keterangan umum pasien,
2)   Data medis;
     Diagnosa
     Catatan klinis
     Terapi medis
3)   Fisioterapi
a.    Anamnesis
           Keluhan utama (KU)
           Riwayat penyakit sekarang (RPS)
           Riwayat penyakit dahulu (RPD)
           Riwayat penyakit keluarga (RPK)
           Riwayat penyakit Pribadi (RPP)
b.    Inspeksi
Inspeksi sudah bisa dimulai dari saat pasien masuk. Selanjutnya pasien diperiksa dalam berbagai posisi : posisi kepala, simetri kontur tubuh, posisi tulang belakang, berubahnya warna kult, atrofi otot, pembengkakan yang abnormal.
c.    Pemeriksaan fungsi
Pemeriksaan fungsi yang dilakukan adalah secara keseluruhan. Mula-mula fungsi tulang belakang bagian servical/leher, selanjutnya pemeriksaan fungsi scapula dan clavicula. Dan selanjutnya pemeriksaan bahu yang lebih khusus.
Secara khusus pemeriksaan tendonitis supraspiantus adalah :
Melakukan tes daya tahan dibawah traksi pada sendi bahu dengan abduksi dengan berbagai macam posisi. Bila sakit yang dirasakan tidak ada perubahan intensitas, maka kemungkinan adanya tendinis supraspinatus.
Melakukan tes penguluran pasif pada sendi bahu dengan endorotasi disertai aduksi bahu. Tes ini positif bila ada rasa nyeri.

E.   Aplikasi Thermoterapi pada Kasus Tendinitis Supraspinatus
Thermoterapi adalah penggunaan panas untuk meringankan penyakit, yang mencakup pemanasan dengan cahaya (sinar inframerah) atau alat pemanas konduktif seperti: bantalan pemanas, botol air panas, krim atau lotion pemanas, terapi mandi, mandi parafin, dan sauna.
Pengobatan tendonitis pada bahu, kalau memungkinkan terarah pada penyebabnya, jika penyebab tersebut dapat ditunjukkan. Terapi local dapat diberikan fisioterapi dengan berbagai jenis cara. Bentuk pengobatan yang popular adalah friksi melintang, suatu teknik memijit yang sifatnya sangat local.
Suatu suntikan dengan sebuah anaestheticum local atau preparat kortikosteroid dapat dipertimbangkan, jika cara-cara pengobatan yang lain tidak mempunyai efek. Secara umum penanganan yang dapat diberikan adalah :
1.    Diberi kompres hangat untuk mengurangi spasme otot supraspinatus.
2.    Sebelum dilakukan message atau terapi latihan dapat kita berikan sinar inframerah untuk mengurangi spasme, memberikan rileksasi dan memperlancar peredaran darah. Sinar inframerah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang  7700- 4 juta A.
3.    Massage pada tendon supraspinatus. Dengan menggunakan tehnik transver friction.
Tujuan diberi massage ini untuk
mengurangi nyeri, relaksasi otot, peningkatan vaskularisasi
4.    Terapi elektris dengan menggunakan SWD.
5.    Terapi latihan.



























BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Tendiniti supraspinatus adalah peradangan atau iritasi pada tendon otot suprasinatus. Tendinitis supraspinatus merupakan kondisi yang disebabkan oleh trauma yang berulang meskipun ringan dan dalam waktu relatif lama, proses degenerasi akan mempercepat terjadinya injury.  Pasien biasanya mengeluh nyeri dan gerak terbatas saat melakukan abduksi  dan  fleksi shoulder.
Gejala yang dialami penderita tendinitis dapat disimpulkan, sebagai berikut; Adanya nyeri tekan. Nyeri menjalar dari acromion sampai insertio deltoid. Painful arc saat melakukan gerak abduksi  600-1200 , yang merupakan gambaran klasik bahwa adanya inflamasi tendon yang tertekan antara acromion dan humerus. Gerak shoulder atau arm full (tapi ada painful arc). Resisted abduksi pada out range kadang nyeri.
Thermoterapi yang dapat dilakukan untuk kasus ini, Diberi kompres hangat untuk mengurangi spasme otot supraspinatus. Sebelum dilakukan message atau terapi latihan dapat kita berikan sinar inframerah. Massage pada tendon supraspinatus. Terapi elektris. Terapi latihan.

B.  Saran
  1. Penulis lebih banyak melihat referensi lain agar dapat memperoleh informasi yang lain mengenai aplikasi thermoterapi pada kasus tendinitis supraspinatus.
  2. Pembaca tidak hanya terpaku resume ini, tetapi juga melihat referensi lain agar informasi yang didapat lebih beragam.
  3. Diharapkan pembaca dapat mengaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari.







DAFTAR PUSTAKA

·      Astriyana, Sevy. 2014. Power Point Materi Otot Shoulder. Cilacap.
·      Mens, J.M.A and deWolf, A.N; Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh;Cetakan kedua, Houten, 1994
·      Husdaya, Prastya ; Rematologi; Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisoterapi, Surakarta, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar