BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanpa disadari oleh sebagian orang
kebiasaan pola hidup yang terlalu banyak berdiri dan banyak duduk, serta kurang
bergerak berpengaruh besar pada munculnya penyakit varises vena. Demikian juga
pada penderita kegemukan yang jarang bergerak.
Tetapi, banyak orang yang beranggapan
bahwa varises vena bukan suatu masalah yang serius, termasuk praktisi
kesehatan. Banyak yang beranggapan bahwa varises vena merupakan masalah
kosmetik yang mengganggu penampilan. Jika tidak ditangani secara benar, dapat
menimbulkan keadaan yang lebih, menimbulkan komplikasi yang menimbulkan rasa
sakit dan bahkan dapat berujung kematian.
Varises vena diakibatkan pada kondisi kaki
yag tergantung lama tanpa adanya gerakan yang mengakibatkan darah di tungkai
tidak mengalir akibat tidak adanya kontraksi otot. Darah yang statis dapat
mengakibatkan trombosis yang akan merusak katup vena. Padat juag melalui proses
statis yang akan mengakibatkan pelebaran dinding vena pada orang yang sudah
memiliki kelemahan pada dinding vena. Pelebaran vena dapat menyebabkan katup
vena tidak bisa tertutup secara sempurna.
B. Identifikasi Masalah
Dalam ilmu
fisioterapi sangan penting untuk mengetahui, mempelajari, dan memahami pemeriksaan
varises vena pada tungkai sebagai salah satu cara mendiagnosa varises vena. Untuk
itu penulis ingin membuat paper tentang pemeriksaan varises vena tungkai bawah
untuk memudahkan pembaca mengenal dan memahami tentang varises vena tungkai
bawah.
C. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud varises vena?
- Bagaimana epidemiologi varises vena?
- Apa saja klasfikikasi varises vena?
- Apa saja etiologi terjadinya varises vena?
- Bagaimana patofisiologi varises vena?
- Apa saja tanda dan gejala yang dialami penderita varises vena?
- Apa saja komplikasi dari varises vena?
- Apa saja faktor predisposisi varises vena?
- Bagaimana cara pemeriksaan yang dilakukan pada penderita varises vena?
- Bagaimana pengobatan varises vena?
D. Tujuan Penulisan
1.
Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami varises vena.
2.
Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami epidemiologi varises vena.
3.
Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami klasfikikasi varises vena.
4.
Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami etiologi terjadinya varises vena.
5.
Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami patofisiologi varises vena.
6.
Mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami tanda dan gejala yang dialami penderita varises vena.
7.
Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami komplikasi dari varises vena.
8.
Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami faktor predisposisi varises vena.
9.
Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami cara pemeriksaan yang dilakukan pada penderita
varises vena.
10. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengobatan varises vena
.
E. Manfaat Penulisan
1.
Mahasiswa
dapat memahami varises vena dan cara mendiagnosa varises vena.
2.
Sebagai
bahan referensi.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Pengertian Varises Vena.
Varises
merupakan pelebaran pembuluh bali yang berkelok-kelok pada ekstremitas bawah
dan ditandai oleh katup di dalamnya yang tidak berfungsi.
Varises
vena tungkai bawah (VVTB) adalah vena superfisial tungkai bawah yang mengalami
dilatasi, pemanjangan, dan berkelok-kelok dengan fungsi katup yang abnormal. (http://eprints.undip.ac.id/37428/1/CARINA_ADRIANA_G2A008040_LAP_KTI.pdf)
B. Epidemiologi Varises Vena
Varises vena tungkai bawah lebih sering terjadi pada wanita daripada
pria. Prevalensi varises vena di populasi barat usia lebih dari 15 tahun adalah
10-15% pada pria dan 20-25% pada wanita. Prevalensi di Amerika Serikat adalah
15% pada pria dan 27,7% pada wanita. Dilaporkan varises vena lebih tinggi pada
ras Hispanik (26,3%) dibandingkan dengan ras Asia (18,7%).
Insiden varises vena meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut
penelitian yang dilakukan di Inggris, prevalensi pada penderita usia 40 tahun
adalah 22% sedangkan pada usia 50 tahun adalah 35% dan pada usia 60 tahun
adalah 41%. Di Indonesia, belum ada angka yang pasti mengenai insiden
terjadinya varies vena.
C. Klasfikikasi Varises Vena
Vena varikosa diklasifikasikan (Sabiston 1994):
1.
Vena varikosa primer
Merupakan kelainan tersendiri vena superficial ekstremitas bawah. Kelemahan
struktur herediter dinding pembuluh darah. Gangguan katup vena ; sehingga tidak
mampu menutup dan menahan refluks.
2.
Vena varikosa sekunder
Merupakan manifestasi insufisiensi vena profunda dan disertai
dengan beberapa stigmata insufisiensi vena kronis, mencakp edema, perubahan
kulit, dermatitis stasis dan ulserasi. Karena gangguan patologis. Vena
superfisialis berfungsi sebagai pembuluh darah kolateral untuk system vena
profunda.
(http://gallerykesehatan.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dg_12.html). (http://kampus-kedokteran.blogspot.com/2011/10/varises.html)
D. Etiologi Terjadinya Varises Vena
Penyebab pasti varises
vena belum diketahui. Faktor resiko terjadinya varises antara lain:
1. Faktor-faktor yang meningkatkan tekanan hidrostatik dan volume
darah pada tungkai misalnya kehamilan dan berdiri lama.
2. Berat badan yang berlebihan.
3. Peradangan.
4. Keturunan (kelemahan dinding pembuluh darah yang diturunkan).
5. Umur tua.
6. Pekerjaan tertentu yang kurang gerakan.
E. Patofisiologi Varises Vena
Kegagalan
katup vena, biasanya pada sambungan safeno-femoral (dan kadang-kadang pada vena
yang mengalami perforasi), meyebabkan peningkatan tekanan vena pada vena safena
magna dengan dilatasi vena yang progresif selanjutnya disrupsi katup.
F. Tanda Dan Gejala Yang Dialami Penderita Varises Vena
Varises bisa terjadi tanpa gejala apapun, tapi ada juga varises
kecil yang memberikan macam-macam gejala antara lain:
1. Asimtomatis.
2. Rasa pegal pada varises primer bisa terjadi nyeri ringan pada
tungkai, terutama menjelang malam hari dan akan bertambah parah bila berdiri
lama dan berkurang dengan mengangkat kaki dan memakai kaus kaki penahan yang
elastis. Rasa tidak nyaman karena varises sekunder cenderung lebih berat.
3. Kadang terjadi penyulit berupa koreng di mata kaki yang sukar
sembuh yang biasanya dimulai dari kelainan kulit berupa eksim yang sering
disertai peradangan.
4. Perdarahan dapat terjadi jika kulit di atas varises primer menjadi
sangat tipis, biasanya disertai trauma ringan.
5. Keluhan dari segi kosmetika.
6. Tegang,
kram otot, sampai kelelahan otot tungkai bawah.
7. Edema
tumit dan rasa berat tungkai dapat pula terjadi, sering terjadi kram di malam
hari.
8. Terjadi
peningkatankepekaan terhadap cedera dan infeksi.
9. Apabila
terjadi obstruksi vena dalam pada varises, pasien akan menunjukkan tanda dan
gejala insufisiensi vena kronis; edema, nyeri, pigmentasi, dan ulserasi.
(http://kampus-kedokteran.blogspot.com/2011/10/varises.html). (http://gallerykesehatan.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dg_12.html)
G. Komplikasi Dari Varises Vena
Komplikasi yang biasanya terjadi pada penderita varises vena
adalah:
1. Perdarahan varises yang pecah
2. Trombofeblitis akut/kronik
3. Selulitis, gangren
H. Faktor Predisposisi Varises Vena
Faktor
yang menimbulkan bertambah parahnya varises vena adalah
1. Kelemahan dinding pembuluh darah yang bersifat herediter
2. Tingginya tekanan hidrostatik dan tingginya volume darah tungkai;
missal karena berdiri terlalu lama dan pada kehamilan.
BAB III
DIAGNOSIS
DAN PENGOBATAN
A. Cara Pemeriksaan Yang Dilakukan Pada Penderita Varises Vena
Anamnesis
Secara garis besar, anamnesis
yang penting ditanyakan antara lain:
a. Keluhan penderita
Terdiri atas keluhan rasa
berat, rasa lelah, rasa nyeri, rasa panas / sensasi terbakar pada tungkai,
kejang otot betis, bengkak serta keluhan kosmetik.
Keluhan biasanya berkurang
dengan elevasi tungkai, untuk berjalan atau pemakaian bebat elastik dan makin
bertambah setelah berdiri lama, selama kehamilan, menstruasi, atau pengobatan
hormonal.
b. Gejala dan perkembangan lesi
adalah faktor penting yang perlu dipertimbangkan untuk mengetahui keparahan
penyakit dan perencanaan pengelolaan.
c. Faktor predisposisi.
d. Riwayat penyakit sistemik,
pengobatan, dan tindakan medis/pembedahan sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sistem vena banyak mengalami kesulitan
karena sebagian besar sistem vena profunda tidak dapat dilakukan pemeriksaan
langsung seperti inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Pada sebagian besar
area tubuh, pemeriksaan pada sistem vena superfisial harus mencerminkan keadaan
sistem vena profunda secara tidak langsung.
Pemeriksaan vena dapat dilakukan secara bertahap melalui
inspeksi, palpasi, perkusi, dan pemeriksaan menggunakan Doppler. Hasil
pemeriksaan tersebut nantinya dibuatkan peta mengenai gambaran keadaan vena
yang di terjemahkan ke dalam bentuk gambar.
a. Inspeksi
Inspeksi tungkai
dilakukan dari distal ke proksimal dari depan ke belakang. Region perineum,
pubis, dan dinding abdomen juga dilakukan inspeksi. Pada inspeksi juga dapat
dilihat adanya ulserasi, telangiektasi, sianosis akral, eksema, brow spot,
dermatitis, angiomata, varises vena prominent, jaringan parut karena luka
operasi, atau riwayat injeksi sklerotan sebelumnya. Setiap lesi yang terlihat
seharusnya dilakukan pengukuran dan didokumentasikan berupa pencitraan. Vena
normalnya terlihat distensi hanya pada kaki dan pergelangan kaki. Pelebaran
vena superfisial yang terlihat pada region lainnya pada tungkai biasanya
merupakan suatu kelainan.
Pada seseorang yang
mempunyai kulit yang tipis vena akan terlihat lebih jelas. Stasis aliran darah
vena yang bersifat kronis terutama jika berlokasi pada sisi medial pergelangan
kaki dan tungkai menunjukkan gejala seperti perubahan struktur kulit. Ulkus
dapat terjadi dan sulit untuk sembuh, bila ulkus berlokasi pada sisi media
tungkai maka hal ini disebabkan oleh adanya insufusiensi vena. Insufisiensi
arteri dan trauma akan menunjukkan gejala berupa ulkus yang berloksi pada sisi
lateral.
b. Palpasi
Palpasi merupakan
bagian penting pada pemeriksaan vena. Seluruh permukaan kulit dilakukan palpasi
dengan jari tangan untuk mengetahui adanya dilatasi vena walaupun tidak
terlihat ke permukaan kulit. Palpasi membantu untuk menemukan keadaan vena yang
normal dan abnormal. Setelah dilakukan perabaan pada kulit, dapat
diidentifikasi adanya kelainan vena superfisial. Penekanan yang lebih dalam
dapat dilakukan untuk mengetahui keadaan vena profunda.
Palpasi diawali
dari sisi permukaan anteromedial untuk menilai keadaan SVM kemudian dilanjutkan
pada sisi lateral diraba apakah ada varises dari vena nonsafena yang merupakan
cabang kolateral dari VSM, selanjutnya dilakukan palpasi pada permukaan
posterior untuk meinail keadaan VSP. Selain pemeriksaan vena, dilakukan juga
palpasi denyut arteri distal dan proksimal untuk mengetahui adanya insufisiensi
arteri dengan menghitung indeks ankle-brachial. Nyeri pada saat palpasi
kemungkinan adanya suatu penebalan, pengerasan, thrombosis vena. Empat puluh
persen DVT didapatkan pada palpasi vena superfisialis yang mengalami
thrombosis.
c.
Perkusi
Perkusi dilakukan
untuk mengetahui kedaan katup vena superficial. Caranya dengan mengetok vena bagian distal dan dirasakan adanya gelombang
yang menjalar sepanjang vena di bagian proksimal. Katup yang terbuka atau
inkopeten pada pemeriksaan perkusi akan dirasakan adanya gelombang tersebut.
d.
Auskultasi menggunakan Doppler
Pemeriksaan
menggunakan Doppler digunakan untuk mengetahui arah aliran darah vena yang
mengalmi varises, baik itu aliran retrograde, antegrade, atau aliran dari mana
atau ke mana. Probe dari dopple ini diletakkan pada vena kemudian dilakukan
penekanan pada vena disisi lainnya. Penekanan akan menyebabkan adanya aliran
sesuai dengan arah dari katup vena yang kemudian menyebabkan adanya perubahan
suara yang ditangkap oleh probe Doppler. Pelepasan dari penekanan vena tadi
akan menyebabkan aliran berlawanan arah akut. Normalnya bila katup berfungsi
normal tidak akan ada aliran berlawanan arah katup saat penekanan dilepaskan,
akhirnya tidak aka nada suara yang terdengar dari Doppler.
e. Manuver
Perthes
Manuver Perthes
adalah sebuah teknik untuk membedakan antara aliran darah retrograde dengan
aliran darah antegrade. Aliran antergrade dalam system vena yang mengalami
varises menunjukkan suatu jalur bypass karena adanya obstruk si vena
profunda. Hal ini penting karena apabila aliran darah pada vena profunda tidak
lancar, aliran bypass ini penting untuk menjaga volume aliran darah balik vena
ke jantung sehingga tidak memerlukan terapi pembedahan maupun skeroterapi.
Untuk melakukan
manuver ini pertama dipasang sebuah Penrose tourniquet atau diikat di bagian
proksimal tungkai yang mengalami varises. Pemasangan tourniquet ini bertujuan
untuk menekan vena superficial saja. Selanjutnya pasien disuruh untuk berjalan
atau berdiri sambil menggerakkan pergelangan kaki agar sistem pompa otot
menjadi aktif. Pada keadaan normal aktifitas pompa otot ini akan menyebabkan
darah dalam vena yang mengalami varises menjadi berkurang, namun adanya obstruksi
pada vena profunda akan mengakibatkan vena superficial menjadi lebih lebar dan
distesi.
Perthes positif
apabila varises menjadi lebih lebar dan kemudian pasien diposisikan dengan
tungkai diangkat (test Linton) dengan tourniquet terpasang. Obstruksi pada vena
profunda ditemukan apabila setelah tungkai diangkat, vena yang melebar tidak
dapat kembali ke ukuran semula.
f.
Tes Trendelenburg
Tes Trendelenburg
sering dapat membedakan antara pasien dengan refluks vena superficial dengan
pasien dengan inkopetensi katup vena profunda. Tes ini dilakukan dengan cara
mengangkat tungkai dimana sebelumnya dilakukan pengikatan pada paha sampai vena
yang mengalami varises kolaps. Kemudian pasien disuruh untuk berdiri dengan
ikatan tetap tidak dilepaskan. Interpretasinya adalah apabila varises yang
tadinya telah kolaps tetap kolaps atau melebar secara perlahan-lahan berarti
adanya suatu inkopenten pada vena superfisal, namun apabila vena tersebut
terisi atau melebar dengan cepat adannya inkopensi pada katup vena yang lebih
tinggi atau adanya kelainan katup lainnya.
Pemeriksaan
Penunjang
a.
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium saat ini tidak bermanfaat dalam menegakkan diagnosis atau terapi
varises vena.
b.
Pemeriksaan
Imagine
Tujuan dilakukannya
pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan seluruh area yang mengalami obstruksi dan refluks dalam system vena
superficial dan system vena profunda. Pemeriksaan yang dapat dialkukan yaitu
venografi dengan kontras, MRI, dan USG color-flow dupleks. USG dupleks
merupakan pemeriksaan imaging standar yang digunakan untuk diagnosis sindrom
insufisiensi vasirses dan untuk perencanaan terapi serta pemetaan preoperasi.
Color-flow USG (USG tripleks) digunakan untuk mengetahui keadaan aliran darah
dalam vena menggunakan pewarnaan yang berbeda.
Pemeriksaan yang
paling sensitive dan spesifik yaitu menggunakan Magnetic Resonance venography
(MRV) digunakan untuk pemeriksaan kelainan pada sistem vena profunda dan vena superficial pada tungkai
bawah dan pelvis. MRV juga dapat mengetahui adanya kelainan nonvaskuler yang
menyebabkan nyeri dan edema pada tungkai. Venografi dengan kontras merupakan
teknik pemeriksaan invasive. Saat ini venografi sudah mulai ditinggalkan dan
digantikan dengan pemeriksaan USG dupleks sebagai pemeriksaan rutin penyakit
vena. Sekitar 15 % pasien yang dilakukan pemeriksaan venografi ditemukan adanya
DVT dan pembentukan trombosisi baru setelah pemberian kontras.
B. Pengobatan Varises Vena
Karena
varises vena tidak dapat disembuhkan, pengobatan terutama ditujukan untuk
mengurangi gejala, memperbaiki penampilan dan mencegah komplikasi. Mengangkat
kaki bisa mengurangi gejala tetapi tidak dapat mencegah varises vena. Varises
vena yang timbul selama kehamilan biasanya akan membaik dalam waktu 2-3 minggu
setelah melahirkan. Pengobatan
yang dapat dilakukan adalah:
a.
Penggunakaan stoking elastis
Stoking elastis bekerja
dengan cara menekan vena dan mencegah peregangan dan perlukaan pada vena. Penderita yang tidak ingin menjalani
pembedahan atau terapi suntikan atau penderita yang memiliki masalah medis
sehingga tidak boleh menjalani pembedahan maupun terapi suntikan, bisa
menggunakan stoking elastis ini.
Pengobatan konservatif adalah dengan mengenakan stocking kompressi,
berbeda dengan stocking kosmetik, stocking kompressi didesain
dengan menggunakan pressure yang terukur dari bawah sampai
keatas disesuaikan dengan kondisi pasien. Stocking ini
membantu menekan vena sehingga ukuran vena kembali mengecil, selain itu juga
membantu memperkuat kerja otot kaki sehingga membantu mendorong darah kembali
kejantung. Pengobatan konservatif lain adalah dengan perubahan perilaku dengan
menghindarkan kaki tergantung lama seperti menghindari duduk lama, menghindari
berdiri lama. Olah raga seperti berjalan, berenang sangat membantu penderita.
Semua diatas ditujukan agar tidak terjadi stasis aliran darah vena ditungkai
dan sangat membantu, tetapi tidak dapat menyembuhkan penyakit.
b. Pembedahan
Pembedahan ditujukan jika sudah terjadi penonjolan vena ditungkai
dan sering bersamaan dengan terjadinya bekuan darah pada vena luar yang dikenal
sebagai tromboflebitis dan bahkan kadang kadang terjadi perdarahan. Pembedahan
bertujuan membuang vena yang sudah rusak dan menghentikan refluks aliran vena
yang akan memperberat kondisi penderita. Pembedahan yang dilakukan oleh dokter
spesialis bedah vaskular dengan menggunakan peralatan khusus sehingga luka
operasi biasanya tetap tersamar.
c. Injeksi
Terapi injeksi skleroterapi ditujukan untuk pelebaran vena yang
masih kecil, ini bertujuan untuk membuat vena kolaps. Pada terapi suntikan, vena ditutup, sehingga tidak ada darah yang
dapat melewatinya. Suatu larutan disuntikkan untuk mengiritasi vena dan
menyebabkan terbentuknya gumpalan (trombus).
Pada dasarnya prosedur ini
menyebabkan flebitis permukaan yang tidak berbahaya.
Penyembuhan trombus menyebabkan terbentuknya jaringan parut yang akan menyumbat
vena. Tetapi trombus mungkin saja terlarut dan varises vena kembali terbuka.
Jika diameter dari vena yang disuntik ini bisa berkurang melalui penekanan oleh
teknik pembebatan khusus, maka ukuran trombus bisa diperkecil sehingga lebih
mungkin terbentuk jaringan parut, seperti yang diharapkan.
Keuntungan lain dari
pembebatan adalah bahwa penekanan yang tepat bisa menghilangkan nyeri, yang
biasanya menyertai flebitis permukaan. Terapi suntikan biasanya
dilakukan hanya jika varises kembali timbul setelah pembedahan atau jika
penderita menginginkan tungkainya tampak cantik.
d. Laser
Pengobatan yang akhir akhir ini sedang berkembang di Indonesia dan
memberikan hasil bagus adalah dengan menggunakan metode laser. Ada dua macam
laser yaitu endovenous laser dan skin laser. Pada
tindakan endovenous laser, luka operasi sangat kecil, melalui luka
kecil dimasukkan kateter dengan serat fiber optik halus . Fiber kemudian
ditarik perlahan dan dinding vena dan darah yang terkena energi laser akan
mengakibatkan lumen vena menutup sehingga refluks akan terhenti dan varises
akan menutup. Angka kesembuhan dengan prosedur ini tinggi dan secara kosmetik
hasilnya bagus.
e. Radio frequency ablasi
Pengobatan yang juga sangat bagus adalah dengan
menggunakan radiofrequency ablasi. Metodenya hampir sama ,
dengan menggunakan energi panas, maka varises vena akan kolaps dan darah akan
dialirkan kembali melalui lumen yang sehat.
(http://patrianefdarwis.blogspot.com/2014/09/penyakit-varises-vena-tungkai-bukan.html). (http://kampus-kedokteran.blogspot.com/2011/10/varises.html)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Varises
merupakan pelebaran pembuluh bali yang berkelok-kelok pada ekstremitas bawah
dan ditandai oleh katup di dalamnya yang tidak berfungsi. Vena varikosa
diklasifikasikan; primer dan sekunder.
Penyebab
pasti varises vena belum diketahui. Faktor resiko terjadinya varises antara
lain: Faktor-faktor yang meningkatkan tekanan hidrostatik dan volume darah pada
tungkai misalnya kehamilan dan berdiri lama. Berat badan yang berlebihan. Peradangan.
Keturunan (kelemahan dinding pembuluh darah yang diturunkan). Umur tua. Pekerjaan
tertentu yang kurang gerakan.
Tanda dan
gejala yang dialami pasien; Keluhan dari segi kosmetika. Tegang,
kram otot, sampai kelelahan otot tungkai bawah. Edema
tumit dan rasa berat tungkai dapat pula terjadi, sering terjadi kram di malam
hari. Terjadi peningkatankepekaan terhadap
cedera dan infeksi. Apabila terjadi obstruksi
vena dalam pada varises, pasien akan menunjukkan tanda dan gejala insufisiensi
vena kronis; edema, nyeri, pigmentasi, dan ulserasi.
Pemeriksaan yang
dilakukan berupa; anamnesis. Pemeriksaan fisik, berupa inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi menggunakan doppler, manuver perthes, dan tes
trendelenburg.
Pengobatan yang dapat
dilakukan; penggunaan stoking elastis, pembedahan, injeksi, laser, dan radio
frequency ablasi.
B. Saran
- Penulis lebih banyak melihat referensi lain agar dapat memperoleh informasi yang lain mengenai pemeriksaan varises vena tungkai bawah.
- Pembaca tidak hanya terpaku resume ini, tetapi juga melihat referensi lain agar informasi yang didapat lebih beragam.
- Diharapkan pembaca dapat mengaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar