Kamis, 09 April 2015

varises vena


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Tanpa disadari oleh sebagian orang kebiasaan pola hidup yang terlalu banyak berdiri dan banyak duduk, serta kurang bergerak berpengaruh besar pada munculnya penyakit varises vena. Demikian juga pada penderita kegemukan yang jarang bergerak.
Tetapi, banyak orang yang beranggapan bahwa varises vena bukan suatu masalah yang serius, termasuk praktisi kesehatan. Banyak yang beranggapan bahwa varises vena merupakan masalah kosmetik yang mengganggu penampilan. Jika tidak ditangani secara benar, dapat menimbulkan keadaan yang lebih, menimbulkan komplikasi yang menimbulkan rasa sakit dan bahkan dapat berujung kematian.
Varises vena diakibatkan pada kondisi kaki yag tergantung lama tanpa adanya gerakan yang mengakibatkan darah di tungkai tidak mengalir akibat tidak adanya kontraksi otot. Darah yang statis dapat mengakibatkan trombosis yang akan merusak katup vena. Padat juag melalui proses statis yang akan mengakibatkan pelebaran dinding vena pada orang yang sudah memiliki kelemahan pada dinding vena. Pelebaran vena dapat menyebabkan katup vena tidak bisa tertutup secara sempurna.

B.  Identifikasi Masalah
Dalam ilmu fisioterapi sangan penting untuk mengetahui, mempelajari, dan memahami pemeriksaan varises vena pada tungkai sebagai salah satu cara mendiagnosa varises vena. Untuk itu penulis ingin membuat paper tentang pemeriksaan varises vena tungkai bawah untuk memudahkan pembaca mengenal dan memahami tentang varises vena tungkai bawah.

C.  Rumusan Masalah
  1. Apa yang dimaksud varises vena?
  2. Bagaimana epidemiologi varises vena?
  3. Apa saja klasfikikasi varises vena?
  4. Apa saja etiologi terjadinya varises vena?
  5. Bagaimana patofisiologi varises vena?
  6. Apa saja tanda dan gejala yang dialami penderita varises vena?
  7. Apa saja komplikasi dari varises vena?
  8. Apa saja faktor predisposisi varises vena?
  9. Bagaimana cara pemeriksaan yang dilakukan pada penderita varises vena?
  10. Bagaimana pengobatan varises vena?

D.  Tujuan Penulisan
1.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami varises vena.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami epidemiologi varises vena.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami klasfikikasi varises vena.
4.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami etiologi terjadinya varises vena.
5.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami patofisiologi varises vena.
6.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tanda dan gejala yang dialami penderita varises vena.
7.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami komplikasi dari varises vena.
8.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami faktor predisposisi varises vena.
9.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pemeriksaan yang dilakukan pada penderita varises vena.
10.  Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengobatan varises vena
.
E.   Manfaat Penulisan
1.      Mahasiswa dapat memahami varises vena dan cara mendiagnosa varises vena.
2.      Sebagai bahan referensi.









BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.  Pengertian Varises Vena.
Varises merupakan pelebaran pembuluh bali yang berkelok-kelok pada ekstremitas bawah dan ditandai oleh katup di dalamnya yang tidak berfungsi.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTHtSd-S2CXdZo0Pnm8Nx7DvI-tDb6w5tAygwfg_zcMGTGzd8buyoyZN1dl6rwpaTKGgJ3kJCzTlJu9cpqcFo0tUv_7wOz20vtrPPjH39C61ijxuoWirCiLAHdirrK3O9rako7m59Goud_/s1600/IMG-20140103-00793.jpg
Varises vena tungkai bawah (VVTB) adalah vena superfisial tungkai bawah yang mengalami dilatasi, pemanjangan, dan berkelok-kelok dengan fungsi katup yang abnormal. (http://eprints.undip.ac.id/37428/1/CARINA_ADRIANA_G2A008040_LAP_KTI.pdf)

B.  Epidemiologi Varises Vena
Varises vena tungkai bawah lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Prevalensi varises vena di populasi barat usia lebih dari 15 tahun adalah 10-15% pada pria dan 20-25% pada wanita. Prevalensi di Amerika Serikat adalah 15% pada pria dan 27,7% pada wanita. Dilaporkan varises vena lebih tinggi pada ras Hispanik (26,3%) dibandingkan dengan ras Asia (18,7%).
Insiden varises vena meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris, prevalensi pada penderita usia 40 tahun adalah 22% sedangkan pada usia 50 tahun adalah 35% dan pada usia 60 tahun adalah 41%. Di Indonesia, belum ada angka yang pasti mengenai insiden terjadinya varies vena.

C.  Klasfikikasi Varises Vena
Vena varikosa diklasifikasikan (Sabiston 1994):
1.        Vena varikosa primer
Merupakan kelainan tersendiri vena superficial ekstremitas bawah. Kelemahan struktur herediter dinding pembuluh darah. Gangguan katup vena ; sehingga tidak mampu menutup dan menahan refluks.
2.        Vena varikosa sekunder
Merupakan manifestasi insufisiensi vena profunda dan disertai dengan beberapa stigmata insufisiensi vena kronis, mencakp edema, perubahan kulit, dermatitis stasis dan ulserasi. Karena gangguan patologis. Vena superfisialis berfungsi sebagai pembuluh darah kolateral untuk system vena profunda.

D.  Etiologi Terjadinya Varises Vena
Penyebab pasti varises vena belum diketahui. Faktor resiko terjadinya varises antara lain:
1.    Faktor-faktor yang meningkatkan tekanan hidrostatik dan volume darah pada tungkai misalnya kehamilan dan berdiri lama.
2.    Berat badan yang berlebihan.
3.    Peradangan.
4.    Keturunan (kelemahan dinding pembuluh darah yang diturunkan).
5.    Umur tua.
6.    Pekerjaan tertentu yang kurang gerakan.

E.   Patofisiologi Varises Vena
Kegagalan katup vena, biasanya pada sambungan safeno-femoral (dan kadang-kadang pada vena yang mengalami perforasi), meyebabkan peningkatan tekanan vena pada vena safena magna dengan dilatasi vena yang progresif selanjutnya disrupsi katup.

F.   Tanda Dan Gejala Yang Dialami Penderita Varises Vena
Varises bisa terjadi tanpa gejala apapun, tapi ada juga varises kecil yang memberikan macam-macam gejala antara lain:
1.    Asimtomatis.
2.    Rasa pegal pada varises primer bisa terjadi nyeri ringan pada tungkai, terutama menjelang malam hari dan akan bertambah parah bila berdiri lama dan berkurang dengan mengangkat kaki dan memakai kaus kaki penahan yang elastis. Rasa tidak nyaman karena varises sekunder cenderung lebih berat.
3.    Kadang terjadi penyulit berupa koreng di mata kaki yang sukar sembuh yang biasanya dimulai dari kelainan kulit berupa eksim yang sering disertai peradangan.
4.    Perdarahan dapat terjadi jika kulit di atas varises primer menjadi sangat tipis, biasanya disertai trauma ringan.
5.    Keluhan dari segi kosmetika.
6.    Tegang, kram otot, sampai kelelahan otot tungkai bawah.
7.    Edema tumit dan rasa berat tungkai dapat pula terjadi, sering terjadi kram di malam hari.
8.    Terjadi peningkatankepekaan terhadap cedera dan infeksi.
9.    Apabila terjadi obstruksi vena dalam pada varises, pasien akan menunjukkan tanda dan gejala insufisiensi vena kronis; edema, nyeri, pigmentasi, dan ulserasi.

G.  Komplikasi Dari Varises Vena
Komplikasi yang biasanya terjadi pada penderita varises vena adalah:
1.    Perdarahan varises yang pecah
2.    Trombofeblitis akut/kronik
3.    Selulitis, gangren

H.  Faktor Predisposisi Varises Vena
Faktor yang menimbulkan bertambah parahnya varises vena adalah
1.    Kelemahan dinding pembuluh darah yang bersifat herediter
2.    Tingginya tekanan hidrostatik dan tingginya volume darah tungkai; missal karena berdiri terlalu lama dan pada kehamilan.























BAB III
DIAGNOSIS DAN PENGOBATAN

A.  Cara Pemeriksaan Yang Dilakukan Pada Penderita Varises Vena
Anamnesis
Secara garis besar, anamnesis yang penting ditanyakan antara  lain:
a.    Keluhan penderita
Terdiri atas keluhan rasa berat, rasa lelah, rasa nyeri, rasa panas / sensasi terbakar pada tungkai, kejang otot betis, bengkak serta keluhan kosmetik.
Keluhan biasanya berkurang dengan elevasi tungkai, untuk berjalan atau pemakaian bebat elastik dan makin bertambah setelah berdiri lama, selama kehamilan, menstruasi, atau pengobatan hormonal.
b.    Gejala dan perkembangan lesi adalah faktor penting yang perlu dipertimbangkan untuk mengetahui keparahan penyakit dan perencanaan pengelolaan.
c.    Faktor predisposisi.
d.   Riwayat penyakit sistemik, pengobatan, dan tindakan medis/pembedahan sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sistem vena banyak mengalami kesulitan karena sebagian besar sistem vena profunda tidak dapat dilakukan pemeriksaan langsung seperti inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Pada sebagian besar area tubuh, pemeriksaan pada sistem vena superfisial harus mencerminkan keadaan sistem vena profunda secara tidak langsung.
Pemeriksaan vena dapat dilakukan secara bertahap melalui inspeksi, palpasi, perkusi, dan pemeriksaan menggunakan Doppler. Hasil pemeriksaan tersebut nantinya dibuatkan peta mengenai gambaran keadaan vena yang di terjemahkan ke dalam bentuk gambar.
a.    Inspeksi
Inspeksi tungkai dilakukan dari distal ke proksimal dari depan ke belakang. Region perineum, pubis, dan dinding abdomen juga dilakukan inspeksi. Pada inspeksi juga dapat dilihat adanya ulserasi, telangiektasi, sianosis akral, eksema, brow spot, dermatitis, angiomata, varises vena prominent, jaringan parut karena luka operasi, atau riwayat injeksi sklerotan sebelumnya. Setiap lesi yang terlihat seharusnya dilakukan pengukuran dan didokumentasikan berupa pencitraan. Vena normalnya terlihat distensi hanya pada kaki dan pergelangan kaki. Pelebaran vena superfisial  yang terlihat pada region lainnya pada tungkai biasanya merupakan suatu kelainan.
Pada seseorang yang mempunyai kulit yang tipis vena akan terlihat lebih jelas. Stasis aliran darah vena yang bersifat kronis terutama jika berlokasi pada sisi medial pergelangan kaki dan tungkai menunjukkan gejala seperti perubahan struktur kulit. Ulkus dapat terjadi dan sulit untuk sembuh, bila ulkus berlokasi pada sisi media tungkai maka hal ini disebabkan oleh adanya insufusiensi vena. Insufisiensi arteri dan trauma akan menunjukkan gejala berupa ulkus yang berloksi pada sisi lateral.
b.    Palpasi
Palpasi merupakan bagian penting pada pemeriksaan vena. Seluruh permukaan kulit dilakukan palpasi dengan jari tangan untuk mengetahui adanya dilatasi vena walaupun tidak terlihat ke permukaan kulit. Palpasi membantu untuk menemukan keadaan vena yang normal dan abnormal. Setelah dilakukan perabaan pada kulit, dapat diidentifikasi adanya kelainan vena superfisial. Penekanan yang lebih dalam dapat dilakukan untuk mengetahui keadaan vena profunda.
Palpasi diawali dari sisi permukaan anteromedial untuk menilai keadaan SVM kemudian dilanjutkan pada sisi lateral diraba apakah ada varises dari vena nonsafena yang merupakan cabang kolateral dari VSM, selanjutnya dilakukan palpasi pada permukaan posterior untuk meinail keadaan VSP. Selain pemeriksaan vena, dilakukan juga palpasi denyut arteri distal dan proksimal untuk mengetahui adanya insufisiensi arteri dengan menghitung indeks ankle-brachial. Nyeri pada saat palpasi kemungkinan adanya suatu penebalan, pengerasan, thrombosis vena. Empat puluh persen DVT didapatkan pada palpasi vena superfisialis yang mengalami thrombosis.
c.    Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mengetahui kedaan katup vena superficial. Caranya dengan mengetok vena bagian distal dan dirasakan adanya gelombang yang menjalar sepanjang vena di bagian proksimal. Katup yang terbuka atau inkopeten pada pemeriksaan perkusi akan dirasakan adanya gelombang tersebut.
d.   Auskultasi menggunakan Doppler
Pemeriksaan menggunakan Doppler digunakan untuk mengetahui arah aliran darah vena yang mengalmi varises, baik itu aliran retrograde, antegrade, atau aliran dari mana atau ke mana. Probe dari dopple ini diletakkan pada vena kemudian dilakukan penekanan pada vena disisi lainnya. Penekanan akan menyebabkan adanya aliran sesuai dengan arah dari katup vena yang kemudian menyebabkan adanya perubahan suara yang ditangkap oleh probe Doppler. Pelepasan dari penekanan vena tadi akan menyebabkan aliran berlawanan arah akut. Normalnya bila katup berfungsi normal tidak akan ada aliran berlawanan arah katup saat penekanan dilepaskan, akhirnya tidak aka nada suara yang terdengar dari Doppler.
e.    Manuver Perthes
Manuver Perthes adalah sebuah teknik untuk membedakan antara aliran darah retrograde dengan aliran darah antegrade. Aliran antergrade dalam system vena yang mengalami varises menunjukkan suatu jalur bypass karena adanya obstruk si vena profunda. Hal ini penting karena apabila aliran darah pada vena profunda tidak lancar, aliran bypass ini penting untuk menjaga volume aliran darah balik vena ke jantung sehingga tidak memerlukan terapi pembedahan maupun skeroterapi.
Untuk melakukan manuver ini pertama dipasang sebuah Penrose tourniquet atau diikat di bagian proksimal tungkai yang mengalami varises. Pemasangan tourniquet ini bertujuan untuk menekan vena superficial saja. Selanjutnya pasien disuruh untuk berjalan atau berdiri sambil menggerakkan pergelangan kaki agar sistem pompa otot menjadi aktif. Pada keadaan normal aktifitas pompa otot ini akan menyebabkan darah dalam vena yang mengalami varises menjadi berkurang, namun adanya obstruksi pada vena profunda akan mengakibatkan vena superficial menjadi lebih lebar dan distesi.
Perthes positif apabila varises menjadi lebih lebar dan kemudian pasien diposisikan dengan tungkai diangkat (test Linton) dengan tourniquet terpasang. Obstruksi pada vena profunda ditemukan apabila setelah tungkai diangkat, vena yang melebar tidak dapat kembali ke ukuran semula.
f.     Tes Trendelenburg
Tes Trendelenburg sering dapat membedakan antara pasien dengan refluks vena superficial dengan pasien dengan inkopetensi katup vena profunda. Tes ini dilakukan dengan cara mengangkat tungkai dimana sebelumnya dilakukan pengikatan pada paha sampai vena yang mengalami varises kolaps. Kemudian pasien disuruh untuk berdiri dengan ikatan tetap tidak dilepaskan. Interpretasinya adalah apabila varises yang tadinya telah kolaps tetap kolaps atau melebar secara perlahan-lahan berarti adanya suatu inkopenten pada vena superfisal, namun apabila vena tersebut terisi atau melebar dengan cepat adannya inkopensi pada katup vena yang lebih tinggi atau adanya kelainan katup lainnya.
Pemeriksaan Penunjang
a.    Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium saat ini tidak bermanfaat dalam menegakkan diagnosis atau terapi varises vena.
b.    Pemeriksaan Imagine
Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan seluruh area yang mengalami obstruksi dan refluks dalam system vena superficial dan system vena profunda. Pemeriksaan yang dapat dialkukan yaitu venografi dengan kontras, MRI, dan USG color-flow dupleks. USG dupleks merupakan pemeriksaan imaging standar yang digunakan untuk diagnosis sindrom insufisiensi vasirses dan untuk perencanaan terapi serta pemetaan preoperasi. Color-flow USG (USG tripleks) digunakan untuk mengetahui keadaan aliran darah dalam vena menggunakan pewarnaan yang berbeda.
Pemeriksaan yang paling sensitive dan spesifik yaitu menggunakan Magnetic Resonance venography (MRV) digunakan untuk pemeriksaan kelainan pada sistem vena profunda dan vena superficial pada tungkai bawah dan pelvis. MRV juga dapat mengetahui adanya kelainan nonvaskuler yang menyebabkan nyeri dan edema pada tungkai. Venografi dengan kontras merupakan teknik pemeriksaan invasive. Saat ini venografi sudah mulai ditinggalkan dan digantikan dengan pemeriksaan USG dupleks sebagai pemeriksaan rutin penyakit vena. Sekitar 15 % pasien yang dilakukan pemeriksaan venografi ditemukan adanya DVT dan pembentukan trombosisi baru setelah pemberian kontras.
B.  Pengobatan Varises Vena
Karena varises vena tidak dapat disembuhkan, pengobatan terutama ditujukan untuk mengurangi gejala, memperbaiki penampilan dan mencegah komplikasi. Mengangkat kaki bisa mengurangi gejala tetapi tidak dapat mencegah varises vena. Varises vena yang timbul selama kehamilan biasanya akan membaik dalam waktu 2-3 minggu setelah melahirkan. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah:
a.    Penggunakaan stoking elastis
Stoking elastis bekerja dengan cara menekan vena dan mencegah peregangan dan perlukaan pada vena. Penderita yang tidak ingin menjalani pembedahan atau terapi suntikan atau penderita yang memiliki masalah medis sehingga tidak boleh menjalani pembedahan maupun terapi suntikan, bisa menggunakan stoking elastis ini. 
      Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX9e9p_0zq2nSb5bRskls_Qb1-V2lwn9A3DUgvZoicj5jMgvqIzecnPv0fTwko7s_lo0BJSNx6O-PTN2QWs9oopiVHdOFfvxrEIN0nstsZgLlvhfWIiDzYeCycOV1clRuBta68NNZ1C8T_/s1600/stocking1.jpg
Pengobatan konservatif adalah dengan mengenakan stocking kompressi, berbeda dengan stocking kosmetik, stocking kompressi didesain dengan menggunakan pressure yang terukur dari bawah sampai keatas disesuaikan dengan kondisi pasien. Stocking ini membantu menekan vena sehingga ukuran vena kembali mengecil, selain itu juga membantu memperkuat kerja otot kaki sehingga membantu mendorong darah kembali kejantung. Pengobatan konservatif lain adalah dengan perubahan perilaku dengan menghindarkan kaki tergantung lama seperti menghindari duduk lama, menghindari berdiri lama. Olah raga seperti berjalan, berenang sangat membantu penderita. Semua diatas ditujukan agar tidak terjadi stasis aliran darah vena ditungkai dan sangat membantu, tetapi tidak dapat menyembuhkan penyakit.


b.    Pembedahan
Pembedahan ditujukan jika sudah terjadi penonjolan vena ditungkai dan sering bersamaan dengan terjadinya bekuan darah pada vena luar yang dikenal sebagai tromboflebitis dan bahkan kadang kadang terjadi perdarahan. Pembedahan bertujuan membuang vena yang sudah rusak dan menghentikan refluks aliran vena yang akan memperberat kondisi penderita. Pembedahan yang dilakukan oleh dokter spesialis bedah vaskular dengan menggunakan peralatan khusus sehingga luka operasi biasanya tetap tersamar.
c.    Injeksi
Terapi injeksi skleroterapi ditujukan untuk pelebaran vena yang masih kecil, ini bertujuan untuk membuat vena kolaps. Pada terapi suntikan, vena ditutup, sehingga tidak ada darah yang dapat melewatinya. Suatu larutan disuntikkan untuk mengiritasi vena dan menyebabkan terbentuknya gumpalan (trombus). 
Pada dasarnya prosedur ini menyebabkan flebitis permukaan yang tidak berbahaya. Penyembuhan trombus menyebabkan terbentuknya jaringan parut yang akan menyumbat vena. Tetapi trombus mungkin saja terlarut dan varises vena kembali terbuka. Jika diameter dari vena yang disuntik ini bisa berkurang melalui penekanan oleh teknik pembebatan khusus, maka ukuran trombus bisa diperkecil sehingga lebih mungkin terbentuk jaringan parut, seperti yang diharapkan.
Keuntungan lain dari pembebatan adalah bahwa penekanan yang tepat bisa menghilangkan nyeri, yang biasanya menyertai flebitis permukaan. Terapi suntikan biasanya dilakukan hanya jika varises kembali timbul setelah pembedahan atau jika penderita menginginkan tungkainya tampak cantik.
d.   Laser
Pengobatan yang akhir akhir ini sedang berkembang di Indonesia dan memberikan hasil bagus adalah dengan menggunakan metode laser. Ada dua macam laser yaitu endovenous laser dan skin laser. Pada tindakan endovenous laser, luka operasi sangat kecil, melalui luka kecil dimasukkan kateter dengan serat fiber optik halus . Fiber kemudian ditarik perlahan dan dinding vena dan darah yang terkena energi laser akan mengakibatkan lumen vena menutup sehingga refluks akan terhenti dan varises akan menutup. Angka kesembuhan dengan prosedur ini tinggi dan secara kosmetik hasilnya bagus.
      Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMKva8nXxAO0woZ0LwoWrEqRoVRoSMVjo8f_7I2H80fbtflADVJj2QbX0j56i1Fbn_U3uNqutIlplj1llRPLA4QOmYDZQ4kUo8cZ9xVBO0GjcTl4YDGBJ1M9FitCUvFkOsw7TEjHPkOlki/s1600/DSCN0424.JPG                        Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4VLuIuy28R_Vl4umHL-XlIfM_eRiQJtVC3yjRuwojGK-pF8DBDMcoXuL8poknv34yR0MaKN_A2uYNELUA0HhGSgVTrbqCrXBrkzd5wKEV5P6MfImpytClbIypU_nEwDJTK-IbZW1dTbnn/s1600/endovenous+laser.jpg
e.    Radio frequency ablasi
Pengobatan yang juga sangat bagus adalah dengan menggunakan radiofrequency ablasi. Metodenya hampir sama , dengan menggunakan energi panas, maka varises vena akan kolaps dan darah akan dialirkan kembali melalui lumen yang sehat.



















BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Varises merupakan pelebaran pembuluh bali yang berkelok-kelok pada ekstremitas bawah dan ditandai oleh katup di dalamnya yang tidak berfungsi. Vena varikosa diklasifikasikan; primer dan sekunder.
Penyebab pasti varises vena belum diketahui. Faktor resiko terjadinya varises antara lain: Faktor-faktor yang meningkatkan tekanan hidrostatik dan volume darah pada tungkai misalnya kehamilan dan berdiri lama. Berat badan yang berlebihan. Peradangan. Keturunan (kelemahan dinding pembuluh darah yang diturunkan). Umur tua. Pekerjaan tertentu yang kurang gerakan.
Tanda dan gejala yang dialami pasien; Keluhan dari segi kosmetika. Tegang, kram otot, sampai kelelahan otot tungkai bawah. Edema tumit dan rasa berat tungkai dapat pula terjadi, sering terjadi kram di malam hari. Terjadi peningkatankepekaan terhadap cedera dan infeksi. Apabila terjadi obstruksi vena dalam pada varises, pasien akan menunjukkan tanda dan gejala insufisiensi vena kronis; edema, nyeri, pigmentasi, dan ulserasi.
Pemeriksaan yang dilakukan berupa; anamnesis. Pemeriksaan fisik, berupa inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi menggunakan doppler, manuver perthes, dan tes trendelenburg.
Pengobatan yang dapat dilakukan; penggunaan stoking elastis, pembedahan, injeksi, laser, dan radio frequency ablasi.

B.  Saran
  1. Penulis lebih banyak melihat referensi lain agar dapat memperoleh informasi yang lain mengenai pemeriksaan varises vena tungkai bawah.
  2. Pembaca tidak hanya terpaku resume ini, tetapi juga melihat referensi lain agar informasi yang didapat lebih beragam.
  3. Diharapkan pembaca dapat mengaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar